Sebuah Pengantar
Keseluruhan isi kumpulan puisi saya, Ku Pilih Sepi, hanya merupakan jawaban-jawaban, walau sangat sederhana dan terkadang kehilangan arah, dari pertanyaan klasik tentang hubb al-ilahi , kecintaan pada Tuhan. Dalam bentuk Nya yang unique, tunggal dan penuh misteri, Tuhan mewujud dalam hasrat (syauq), nafas derita (hanin), rindu dan seluruh relasi, yang sangat rumit, dengan sesama ciptaan; laut, angin, rumput, kuda, camar, kekasih, dan bahkan debu.
Saya hendak berbagi cinta; baik bersifat ilahiyah, spiritual (hubb ruhani), maupun alami (hubb tabi’i), kepada seluruh kalangan yang merindukan sebuah realita yang berada dalam rangkaian ilahi. Sebuah rangkaian yang dipenuhi orang-orang yang berhati ‘arif; yang selalu memantulkan “hubb ilahi” setiap saat ke atas neraca mikrokosmos. “ langit dan bumi Ku tak bisa meliputi Ku, namun hanya hati hamba Ku yang setia, akan mampu meliputi Ku”, demikian Tuhan dalam hadits qudsy. Kesetiaan terhadap “kebenaran” dan kesabaran terhadap “kehidupan”, menjadi “ruh” seorang ‘arif bi allah.
Karena dorongan cinta itulah, saya –yang semula, hampir tidak percaya, pada diri sendiri, untuk menuliskan semua bayang-bayang yang berkelebat dalam batin, pikiran serta “mimpi” saya selama ini,—mengekspresikan penghayatan atas pengalaman hidup ini, dengan puisi. Seperti Dzunun al-mishry, Surahwadi al-maktul, ibn Arabi atau Syeikh Siti Jenar, saya berharap bisa meleburkan diri dalam hakikat cinta ilahi di tengah kesadaran masyarakat.
Saya hanya “awam” untuk ini semua, tapi beberapa orang yang masih “setia” dengan cinta, memperkenalkan saya untuk memasukinya dengan penuh keyakinan. Diantaranya; Mas Alwy yang meniupkan ruh kecintaan pada Ema, kedalam sumsum kesadaranku sebagai anak. Mbak Upik yang membiarkanku menghisap pori tubuhnya sehingga abadilah kesegaran nafasku sebagai lelaki. teman-teman PSN (Pendidikan Seni Nusantara) & Fahmina, Mas Arief, Ustadz Dadan , Asep Beben, penyanyi jalanan Cirebon dan teman-teman di LSS-DKC, Thanks ya.
Jatiwangi, Maret 2006
Maman Imanulhaq Faqieh
HARI KE-1
Al-Fatihah
Dalam al-Itqon fi ulum al-Quran,
al-Imam Jalal Ad-Din Al-Syuyuty menyebutkan dua puluh lima nama untuk surat al-fatihah.
Sesusai kaidah: “li anna katsro al-asma’ tadullu ‘ala syarf al-musamma’, sesungguhnya banyaknya nama untuk sesuatu menunjukan kemuliaannya, maka nama-nama surat al-Fatihah menunjukan kemulian surat ini.
Rasulullah bersabda:
“ Aku akan tunjukan surat yang paling agung, itulah Fatihah yang merupakan
al-Sab’u al-Matsani, tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang (ketika sholat) dan ia merupakan Umm al-Kitab, induk al-Quran”.
(HR. Bukhori)
Ibu
——untuk Ibuku: Hj. Lalih Halimah Faqieh
lewat Malangbong
ada dua jalan : belok ke Bandung
atau lurus ke Sumedang
ku pilih jalan lurus
ilalang terbakar
asapnya menuruni lembah:
desir azan di gapura Ramadan
ku berhenti tuk bersuci
kabut dingin bernapas
melalui rongga ruhani menelusup nadi :
bibir-bibir mungil mengeja basmalah
ku pacu kudaku
temaram magrib
tak sanggup membutakan nurani:
antara tersandung dan terkubur arang[1]
ku pilih jalan lurus
dan bersimpuh di pangkuanmu:
Ibu ![2]
Cimalaka Sumedang, 24 September 2006
HARI KE-2
Al-Baqarah
Bila al-Fatihah disebut Umm al-Kitab,
maka al-Baqarah adalah sinam al-Quran wa sinam kullu syaiin, puncak surat-surat dalam al-Quran dan puncak segala sesuatu.
(al-Mustadrak)
Surat ini terdiri dari 286 ayat.
Salah satunya merupakan ayat terpanjang
yang ada di al-Quran, yakni ayat ke 282: ayat tentang akuntabilitas. Beberapa ayatnya menceritakan kisah Sapi Betina
sebagai saksi peristiwa pembunuhan
pada zaman Nabi Musa,
darinya surat ini dinamai al-Baqarah
Betina Yang Terluka
——untuk Istriku tercinta: Upik Rofikoh.
bagai betina yang terluka
terlentang dalam pekat duka
sekian lama menaburi gua garba
dengan melati, yang menancap
hanyalah belati
kukunya menoreh kutukan Empu Gandring[3]
saat kekasih menaburi wajah
dengan daun kering
sekian jauh
perahu menelusuri rawa-rawa
tiba-tiba tubuhnya tertusuk sembilu
dari burung yang membawa kabar pilu
bagai Ardhanariswari,
mulutnya melenguh rindu
tapi hatinya berdarah dan membeku !
perlahan, penuh khusyu.
lidahnya menjilati putik berembun:
memohonlah dengan sabar dan sholat.
hidup sungguh berat. kecuali bagi yang dekat denganNya dan bersahabat[4]
Perum Gunungsari, 25 September 2006
HARI KE-3
Ali Imran
Keluarga merupakan pilar
masyarakat. Kehancuran masyarakat tergantung pada bobroknya keluarga., begitu sebaliknya.
Maka Kisah keluarga Imran dan Hannah
---termasuk di dalamnya Nabi Zakaria yang beristri Isya’, adik Hannah—
sangat menarik dikaji. Karena adanya pergulatan batin; yakni keturunan dan masa depan masyarakat.
Di sinilah makna sebuah kecemasan dan ketidakberdayaan menghasilkan sebuah ketulusan dalam berdoa serta kerelaan dalam berkorban.
Doa Imran dan Zakaria dikabul. Maryam binti Imran jadi pelayan Allah di mihrab, Yahya bin Zakaria jadi utusan Nya.
Dari al-Baqarah dan Ali Imran,
banyak cahaya kehidupan dan kemanusiaan.
Maka pantas keduanya disebut al-Zahraawaini:
Dua Cahaya !
Sebuah Keluarga
dua lelaki tua
berbincang dalam hening kematian
senja tampak temaram
di puncak menara
lonceng berbunyi
debu menyelimuti pagi
di bawah bayang-bayang senja
dua perempuan: kakak beradik putri Faqudz[5]
tampak gelisah dengan desir dedaunan
yang berjatuhan tiap musim
lonceng berbunyi
terdengar mantra Ilahi
“ Aku anugrahkan bagi kalian buah hati,
agar kalian tidak berduka diri “[6]
tembang-tembang suci
mengalun dari gadis[7] penghuni mihrab
matanya menengadah
ke puncak keabadian
Bongas, 26 September 2006
HARI KE-4
Al-Nisa
“ Ingatlah, Aku berpesan pada kalian
agar berbuat baik pada perempuan”,
demikian Nabi berpesan.
Perempuan merupakan sumber inspirasi dan kerinduan. Darinya, sebagai seorang ibu (umm) anak-anak lahir merdeka dan menjadi pemimpin.
Disamping surat ath-Thalaq, yang sering
disebut an-Nisa sugra, surat an-Nisalah yang banyak membicaran persoalan perempuan. Pada permulaan surat ini asal-usul manusia dibahas dengan sangat menarik.
Ya, manusia berasal
dari satu nafas, menyebar
menjadi jiwa-jiwa yang bebas.
Menimang Rindu
——untuk Fahma, Hablie & Emily Gaitsa
tiga hari berlalu
Ramadan menimang rindu
pada penjaga lisan
dan pembaca Quran[8]
dalam surat keempat
asal-usul rindu terungkap[9]
berawal dari satu napas
menjadi jiwa-jiwa yang bebas
ku peluk tiga anakku. terpejam.
ku endapkan ingatan
saat cakar ayah mereka
menggores kebeningan jiwa
terdengar dari retakan
dinding dapurku:
“ cukuplah Allah
jadi Pelindung dan Pengawas mereka”[10]
HARI KE-5
Al-Maidah
Saat “para santri” meminta pada Nabi Isa
agar Allah menurunkan “hidangan”,
maka Allah mengabulkanya.
Sebuah ibrah tentang karunia yang
selalu akan dianugrahkan Allah
pada siapapun yang setia pada kebenaran
serta punya keberanian
dalam menegakkan keadilan.
Surat ke-5 ini, dengan 120 ayat, banyak berbicara tentang perjanjian dan penyelamatan. Karenanya sering disebut
surat al-‘Uqud dan al-Munqidz.
Hidangan Ruhani
——untuk Santri “Pasaran” Ramadan 8
titik api
membesar dalam alunan
rebana dan genderang tua
ayo
jadilah Bilal sang pemberani
karena genta Ramadan berbunyi
menantang mu untuk berlari
di atas bara api
injaklah pecahan kaca
jangan buat kuburan dari cemas dan putus asa
sucikan hidupmu
dengan tetesan zamzam
ingat ! kamu bukan sapi yang suci[11]
tapi debu yang memiliki matahari
jadilah hawari[12] berhati suci
HARI KE-6
Al-An’am
Keseluruhan isi surat al-An’am berkaitan
dengan konsep tauhid, pengesaan Allah.
Maka segala bentuk kemusyrikan
sangat terlarang. Yakni, adanya penyembahan kepada selain Allah, baik menyembah berhala, binatang, bintang-bintang, kekayaan,
jabatan maupun, ini yang paling bahaya,
hawa nafsu.
Syeikh ‘Atho’illah berkata:
“ Ashlu kulli ma’shiyah wa ghofflah
wa syahwah ar-ridho ‘an nafsi, sumber semua kemaksiatan, kelalaian dan syahwat
adalah kerelaan pada hawa nafsu ”
(Al-Hikam)
Nafsu
——untuk Forum Sabtuan Cirebon
kerling gereja tua,
seratus tiga puluh tahun, menggoda:
serasa dibui Bunda Maria
lonceng gereja tua,
beradu gemuruh ombak, mempesona:
bak mukzizat Isa yang membangkitkan jiwa[13]
jamaah gereja tua,
berdoa dalam kekhusyuan, setia:
walau negri bagai reruntuhan Sodom dan Gomora
di depan gereja tua,
lalu lalang pemburu nafsu, terus berdosa:
berzina, memakan riba dan menipu rakyat jelata
dari gereja tua,
ribuan khutbah tentang kemanusiaan,
semakin hampa: hedonisme dan voyeurisme[14] membungkam agama[15]
kecuali sore ini. sesaat.
ratusan penempuh jalan Ilahi
berteduh di tenda gereja tua
dengan darah yang bergairah:
Cinta ![16]
Gereja St. Yosep Cirebon, 29 September 2006
HARI KE-7
Al-‘Araf
Surat al-A’raf termasuk kelompok
as-sab’u ath-thiwal, tujuh surat yang panjang. Kisah yang menonjol dalam surat ini
adalah kisah pembangkangan Iblis.
Iblis yang terusir, ar-rajiem, selalu menaruh
dendam pada manusuia. Ia berusaha untuk menjaring manusia dan jin, sebanyak-banyaknya, untuk jadi setan.
Setan adalah pasukan Iblis yang selalu
meniupkan, dalam bahasa Erich Fromm, semangat penyembah “berhala”:
penakut, budak, dekaden dan materialis.
Sehingga membentuk watak totaliter
yang lebih memuja primordialisme, memuja kelompok dan rasnya, ketimbang menyebar kasih sanyang pada sesama dan mencintai Allah, rabb ‘alamin, Tuhan sememesta Alam.
Penyesalan
——untuk Iblis la’natullah ‘alaihi
ia tebar kata
untuk menjala bara
bibirnya
terperangkap
senja dan berdusta[17]
ia bicara
banyak nama:
mengalirkan tanda dan warna[18]
ia tertawa
pada detik yang sama
kepalanya penuh duka
sebuah kail menancap di mata[19]
TGI Jln. Mukedas Cirebon, 30 September 2006
HARI KE-8
Al-Anfal
Surat ini disebut pula surah al-Badar.
Karena, menurut Ibnu Abbas, diturunkan pada perang Badar Kubra, sebuah perang yang terjadi pada tahun kedua hijrah dan sangat penting dalam menentukan sejarah Islam.
Surat ini mengupas tentang
harta rampasan perang (al-ghonimah).
Karena jumlah pasukan yang sedikit sedang
ghonimah berlimpah maka timbul masalah.
Bagaimana caranya membagikan ghonimah dengan adil.
Karena terkadang, keikhlasan ternodai
dengan perebutan ghonimah. Atau perjuangan sejati terlupakan karena kemewahan yang berlimpah.
Imam Asy-Syafii berkata :
“ Apabila kerakusan bersarang di hati,
alamat bahaya mengancam diri “
Terhempas
——untuk Ayahanda: KH Abdurrochim
seorang santri
terlelap dalam mimpi
bersandar pada pohon kering
dan mati[20]
seorang kiai
terjebak dalam lumpur
tubuhnya membeku
dan tertidur[21]
sebuah pesantren
menyalakan lentera
untuk arwah di kubur
dan santri asyik main catur[22]
sebuah dunia
penuh kabut
darinya aku datang
dan sulit menang!
al-Mizan Jatiwangi, 1 Oktober 2006
Hari Ke-9
At-Taubah
Taubat adalah tahapan pertama
dan penting menuju jalan ketuhanan.
Rasul bersabda, “ bertobat adalah menyesal
dan tindakan kembali kepada Allah”.
Dalam Kasyf al-Mahjub,
Al-Hujwiri mengatakan, “Tobat itu ada tiga macam: Pertama, dari yang salah kepada yang benar. Kedua, dari yang benar kepada yang lebih benar. Ketiga, dari kedirian menuju ketuhanan.
Surat yang diturunkan
sesusai perang Tabuk ini (tahun ke-9 H), mengandung pokok-pokok pertobatan. Diantaranya; al-Ilmu (pengetahuan), an-Nadam (penyesalan), al-Iqla’ (penghentian dosa)
dan al-Baraa’ah ( pengembalian hak adami)
Nabi Membasuh Api
——untuk Abah H. Kosim Fauzan
Jatiwangi
berbagi sepi
dengan bulan di pinggir kali
setelah tarawih[23]
ku bernapas dalam gelap
seperti tiga sahabat yang terperangkap
dalam sesal dan duka[24]
kota angin
menghembuskan maut
pada ranting serta dedaunan yang kering
malam pekat
terbalut sunyi dan debu
ku baca syair-syair Barjanzi
agar Nabi sudi membasuh api[25]
Jatiwangi, 2 Oktober 2006
HARI KE-10
Yunus
Menurut hemat saya,
hanya satu ayat yang menjelaskan Nabi Yunus
dan umatnya (ayat 98), tapi entah mengapa
surat ini dinamai surat Yunus ?
Tapi, kisah Nabi Yunus memang menarik
dan fenomenal. Apalagi di saat Ia mengalami fatrah, kejenuhan dalam memperjuangkan nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Bertahun-tahun ia berjuang, hanya dua orang yang tergerak
mengikutinya: Robil dan Tanukh.
Gejala itu yang hari ini melanda bangsa kita.
Ya, budaya instan dan klise merupakan gejala kejenuhan masyarakat dalam melakukan transformasi di segala bidang.
Pemikiran, Argumen dan Polemik telah
digantikan Opini, Komentar dan rubrik Tokoh dan Peristiwa. Itu semua menyuburkan, menurut B. Herry Priyono, Klise Massal.
Yaitu, Kultus Selebritis, Kultus Gaya Hidup
dan Penggerusan kapasitas Berpikir.
Yunus
ia
menyelam
dalam kelam
seolah di dadanya ada sekam
dan langit mencibir kepergianya
ia
bersimpuh
di geladak yang rapuh
tangannya terus mengusap peluh
dan ombak mengolok-olok keputusanya
ia
melompat
ke dasar laut yang pekat
nasib mengikat lehernya hingga sekarat
dan hiupun tak sudi mengunyahnya
dalam relung yang membasah
ia berdoa “ mestikah aku kecewa
padahal Engkau Maha Kuasa. haruskah
aku kalah, padahal pada Mu aku berserah”
ia
adalah kita
tanpa doa
HARI KE-11
Hud
Pergulatan dan pergumulan para Nabi
dalam mengkritisi moralitas, prilaku sosil dan
kebudayaan masyarakat yang tidak sehat dan tidak manusiawi sangat penting untuk dikaji agar ikatan batin tidak terlepas dari kehidupan. Sehingga segala bentuk nilai, kesadaran dan prilaku yang mencederai harkat dan martabat kemanusiaan, bisa dihindari.
Dari 123 ayat, isi surat ini
selain kisah Nabi yang lain-- kisah Nabi Hud dengan kaumnya, Ad, (ayat 59-60) kembali mengukuhkan kesadaran kita, bahwa kekayaan, kekuatan dan kepintaran sering menjadikan seseorang atau sebuah kaum menjadi sombong, zalim dan jahat.
Situasi seperti yang terjadi
saat Nabi Hud menghadapi Kaum Ad., terjadi saat ini dengan cara yang beragam, canggih dan lebih jahat.
Aad[26]
——untuk SBY
Aad.
siapakah mereka ?
kitakah itu ?
jahat, keras, zalim[27]
dan angin lesus menghardik baja
Aad.
mereka bukan siapa-siapa ?
jadi siapa ?
kita bangun kota seperti Iram[28]
dengan tulang rayap campur nanah
kita.
siapa? Tidak tahu?
padahal kita biarkan Tuhan terkapar
bersama jutaan perut yang lapar
lalu
beras impor
seperti lumpur serpong ?
konflik Poso
dan tetek bengek—omong kosong ?
cukup.
bohong !
untuk menjadi—kita,
bosan !
kita.
menjadi Aad ?
tak pernah lagi !
kapan?
Talaga, 4 Oktober 2006
HARI KE-12
Yusuf
Menurut Ibnu Arabi,
Muhammad bin Ali bin Muhammad bin al-Arabi (1165-1240 M) cinta adalah maqom tertinggi jiwa manusia dan awal pencapaian kesempurnaan menuju peleburan diri pada daya tarik Ilahi (disclosure).
Surat ke-12 ini termasuk Makiyyah
karena diturunkan di Mekah. Nabi Muhammad banyak mengambil ibrah (lesson moral) dari kisah Yusuf. Karena disamping menghibur, kisah-kisah tersebut mengungkap hal-hal ghaib yang selama ini tidak diketahuinya.
Bahkan, menurut riwayat
al-Baihaqi dalam “ad-Dalaa’il” banyak orang Yahudi
masuk Islam karena kisah Yusuf sesuai dengan
kisah yang selama ini mereka ketahui.
Walau ada yang menyayangkan kenapa
kisah percintaan Yusuf bisa masuk di Kitab Suci, tetapi Cinta tetaplah pesona tiada batas dan energi
yang menggerakan tanggung jawab, penghormatan,
kasih sayang dan kekuatan produktif.
Kegagalan Cinta
kata Rumi
cinta mampu mengubah racun jadi susu
mengapa Cinta seorang ayah pada si bungsu
menoreh nyeri pada rumpun bambu[29]
kata Rumi
cinta mampu mengubah setan jadi bidadari
mengapa di rumah yang diguyur cahaya ilahi
lahir pembohong dan tukang jagal sapi [30]
kata Rumi
cinta mampu mengubah amarah jadi ramah
mengapa Cinta membakar tangan berdarah
membenamkan saudara di dasar sumur yang terbelah[31]
kata Rumi
cinta mampu mengubah sakit jadi sehat
mengapa Cinta menciptakan perkelahian dahsyat
antara ulat sutera di hamparan daun berserat
Jatiwangi, 5 Oktober 2006
HARI KE-13
Ar-Ra’du
“dan guruh itu bertasbih sambil memujinya”
Itulah bunyi ayat ke-13 surat ar-Ra’du (guruh). Ayat ini, yang jadi poin penamaan surat ini, hendak menunjukan kesuciaan dan ke-Maha sempurnaan Allah. Juga sesuai dengan sipat al-Quran, bagai guruh:
menimbulkan harapan dan kecemasan.
Dua hal itu, yang dalam bahasa Quran disebut
Khauf dan Raja’, akan muncul pribadi-pribadi yang mempunyai kesadaran social berbasis akhlak sosial (social morality) yang menjadi modal untuk menciptakan tatanan sosial yang penuh kasih sayang.
Karena Dengan harapan itulah manusia bisa mempertahankan eksistensi diri dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan dengan kecemasannya, manusia bisa memperbaiki prilaku
keseharian dan sikap keberagamaan yang, mungkin,
dirasakannya masih bertolak belakang dengan subtansi ajaran agama yang diamalkannya
Buih
——untuk Faishal Helmy Zaeni
pecahan kecil
di kegelapan sukma
bergegaslah, pintu surga terbuka.
irama qur’ani membukanya,
untukmu; karena kau langit. tampa kaki
membentang, percaya diri [32]; Karena kau malaikat.
tampa upah tetap gairah, berserah dan pasrah[33].
gerimis darah
menetesi pori-pori ruhani
berhentilah, pintu surga tertutup.
tuk selamanya.
bagai buih, kau menghilang[34]
dan berdoa hanya dengan tengadah tangan
tampa usaha dan cinta,
sia-sia[35].
berzikirlah
dan tidur ![36]
HARI KE-14
Ibrahim
Namanya disebut al-Quran
dalam 25 surat, itulah Ibrahim
bapak monoteisme yang, menurut M. Quraish Shihab, berhasil melakukan penemuan terbesar sepanjang kehidupan manusia;
penemuan akan Tuhan Yang Maha Esa.
Perjalanan hidup Ibrahim
penuh dengan nuansa dan warna. Ia tampil menggugat dan mengkritisi Namruz dan mentalitas berhala serta sihir para pengikut sang diktator itu; Ia berkelana mencari “Tuhan”;
Ia mengalami suka duka dalam
kehidupan keluarga.
Darinya lahir
triumvirat agama
monoteis: Yahudi, Nashrani, Islam,
ritual Haji dan tardisi berkhitan
Kalimat Thoyyibah
Ia rajah pohon kokoh
dengan hurup hija’iyyah[37]: kampaknya
mencabik berhala tua[38] dan para pelantun mantera
Ia torehkan garis lurus alif pada akar[39]
yang menghujam di bumi: Ia tikam apapun
yang menghalangi jejak ilahi.
Ia tancapkan lam alif
penyangga batang agar tak roboh:
duduk bersila bergurau dengan bulan,
bintang dan mentari di langit yang kokoh
Ia pangkas rimbun dedaunan
menyerupai nun: gerimis yang menggigil
serta cahaya yang memudar terperangkap
dalam khusyu, dari waktu ke Yang Maha Satu.
suara kampak
berdenting di Haekal[40]
memecah keheningan, menyalakan api
dalam pekat kegelapan !
Jatiwangi, 7 Oktober 2006
HARI KE-15
Al-Hijr
Al-Hijr
adalah nama sebuah pegunungan
yang pernah didiami kaum Tsamud yang terkenal dengan keahliannya membangun rumah-rumah
yang mewah dan gedung-gedung
dengan arsitektur yang menawan.
(QS. Al-Fajr : 9)
Namun sangat disayangkan,
keterampilan, kepandaian dan etos kerja
kaum Tsamud tidak dibarengi sifat, moralitas dan
prilaku sosial yang baik. Mereka arogan,
isyraf (boros) dan zalim.
Surat dengan 99 ayat ini, hendak
memberi pelajaran bahwa siapapun yang
menentang kebenaran dan hati nurani
akan mengalami kehancuran.
Siang dan Malam
ku lekatkan ingatan
pada dua sosok manusia:
pengkhotbah di bukit nestapa
dan pemuja arca serta dusta
baginya siang dan malam itu sama
: gelap, dingin, lapar—— di dadanya
tersemai bibit derita
bagi dia siang dan malam itu beda
: pesta, vagina, darah——di jiwanya
menyala bara pemerkosa
baginya siang dan malam tetaplah sama
: sunyi, nyeri, anyir—— di mulutnya
tersumpal roti pahit penuh nanah
bagi dia siang dan malam pasti beda
: riuh, peluh, bunuh——di tanganya
terkepal ekstasi, viagra dan belati penuh darah[41]
keduanya masuk neraka
karena keputus-asaan dan kerakusan[42]
Rehat
Tidak terasa
sudah lima belas hari
ada dalam madrasah ruhaniah bernama Ramadan.
Maka, mari sesaat untuk menengok
para kekasih Allah (waliyullah)
yang beribadah tidak hanya pada Ramadan,
tetapi seluruh hidupnya dibaktikan untuk meraih
Cinta Allah dan Rasul Nya.
Salah satunya adalah : Shahib Ar-Ratib
Al-Imam Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas (lahir di Lisk Hadramaut tahun 992 H).
Dengan syauq (gelora cinta yang membara)
Beliau mengamalkan sabda Rasul,
“ kebaikan adalah modalku, cinta adalah prinsipku, dzikir adalah rehatku, sabar adalah bekalku dan ilmu adalah senjataku”
Ratib[43]
——untuk Guruku: Abah Hud Ciwaringin
shaf-shaf
shuhuf-shuhuf
ehm....soup!
(jamaah berbaris
membuka lembaran ratib
mewangi bagai hidangan sup)
dzikir-dzikir
dzakar-dzakar
akh...dzulfikar![44]
(bibir berdesah
dengan pedang cinta
menikam syahwat dan gelisah)
shalawat-shalawat
syafaat-syafaat
asyik....lezaat!
(cinta pada Nabi
mengkhusyukan hati
menghantar pada Ilahi Rabbi)
HARI KE-16
An-Nahl
“ Orang yang beriman”, kata Nabi,
“seumpama lebah”.
Sebagai binatang kecil,
lebah mempunyai beragam keistimewaan
dan kemanfaatan bagi umat manusia.
Allah memberinya wahyu (ilham, QS.16: 68)
untuk membuat sarang yang kokoh, hangat dan unik. Lebah pun “hanya” mencari makan
dari sari bunga serta menghasilkan madu
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan bagi umat manusia (QS.16:69).
Dari lebah, sikap hidup
orang beriman bercermin:
makanan yang halalan thoyyiba, rumah tangga
yang sakinah, mawaddah wa rahmah
serta memberi manfaat untuk sesama
Sabda Rasulullah SAW,
“ sebaik-baik manusia, yang paling
memberi manfaat pada sesama”
Sarang-Sarang Lebah
——untuk Hasan Maarif
sarang-sarang lebah
di lembah[45], bergelayut dengan
kabut. tanpa suara menitikan air mata
: limbah pabrik, bangkai flu burung, lumpur Lapindo...
membanjiri lembah. rumput terperangkap gelisah
sarang-sarang lebah
di pohon kayu, bermekaran bagai
lampu. membiarkan embun pergi dalam sendu
: gelar palsu, gaya hidup semu, muka batu...
nemplok di pohon kayu. dedaunan tiba-tiba mengering
sarang-sarang lebah
di kebunmu, berlayuan di musim
gugur. menyaksikan gemuruh badai
: narkoba, terorisme, erotisme, korupsi...
terkubur di kebunmu. nyamuk-nyamuk terlihat ngantuk
sarang-sarang lebah
di lembah, di pohon kayu, di kebunmu
di manapun, sudah tak bermadu!
HARI KE-17
Al-Isra & Al-Kahfi
Tadi malam,
peringatan Nuzul al-Quran,
Peristiwa turunya al-Quran, di pesantrenku
begitu syahdu. Sang Kiai menjelaskan bahwa Al-qur’an, dengan ruh keilahiahannya, merupakan sebuah teks suci yang lengkap dan sempurna. Ia tidak pernah kering, berhenti apalagi membeku, tetapi selalu mengajak para pembacanya untuk mencari dan menjelajahi ritualitas kehidupan yang tak pernah berakhir. Al-Quran mengajak manusia
untuk Isra dari al-Haram (kesuciaan) menuju
al-Aqsha (ujung pengabdian). Yakni
mardhotillah (keridhoaan ilahi).
Isra dilakukan dengan berinteraksi
sosial tanpa harus terjebak prilaku jahiliyyah;
kebejadan moral, kerapuhan solidaritas sosial dan rendahnya penghargaan terhadap hak asasi manusia. Seperti juga ashab al-kahfi, penghuni gua (QS. 18:9-26), Nabi Muhammad beruzlah (khalwat,tahannust) – menyendiri dan beribadah – di gua Hiro’ salah satu celah batu di jabal Nur – gunung cahaya – berjarak 2 mil sebelah utara Mekkah, sehingga mendapat pencerahan dalam hidupnya.
Burok[46]
——untuk guruku: Kiai Mukhlas Gedongan
seribu kepakan sayap
menabur permata di malam gulita[47]
ayo laju !
jangan tertipu bujuk rayu
dari semua penjuru
semua tipu
seribu ringkikan kuda
mengurai gulana di puncak derita
ayo maju !
tunjukkan jati diri
walau jiwa terbelenggu nyeri
tapi kedatanganmu dinanti
malam itu
kau berbisik sunyi
dengan Nya[48]
HARI KE-18
Maryam & Thoha
Menurut Ibnu Mas’ud, Ja’far Ibn Abi Thalib membacakan surat Maryam Di hadapan Najasyi, seorang Raja kristen yang menerima para sahabat Rasulullah berhijrah ke negaranya, Habsyi.
Surat ini, juga surat Thoha, memulai
Ayatnya dengan hurup fawatih as-suar, pembuka
surat-surat. Ada ulama yang memilih tafwidh, menyerahkan artinya pada Allah, ada juga yang coba menafsirkan atau paling tidak mengatakan
bahwa itu hanya nama surat.
Ada juga yang menulis ayat-ayat yang unik dan agung itu di atas kertas, tulang, atau kulit. Formula itu disebut wifik, yang sering dipergunakan sebagai media penyembuhan penyakit fisik dan mental, atau mengatasi masalah keluarga, finansial, atau sosial. Caranya celupkan ke dalam air minumkan ke pasien, atau dikalungkan, atau dipendam dalam tanah. Dapat juga diucapkan dengan mulut atau dalam hati, atau dengan bermacam cara lain.[49]
wa Allahu ‘alam.
Sang Putri
——untuk Lisdha Kompas
Jibril menari
di hadapan sang putri
yang mengernyitkan dahi[50]
dan tabir tersingkap pada jejak ilahi
Jibril menyanyi
agar didengar sang putri
bagai alunan seruling suci
menembus rahim tanpa air mani[51]
Jibril pergi
meninggalkan sang putri dalam sunyi
terasa mimpi——ruh ilahi itu menjelma bayi
yang berbicara dan membangkitkan si mati[52]
sang putri berdiri
di bawah batang kurma
pinggir kali [53]
HARI KE-19
Al-Anbiya
Surat ini banyak berbicara
tentang para Nabi (al-Anbiya).
Sebagai sosok yang selalu melakukan transformasi di tengah masyarakat——salah satunya adalah “ wa yadho’u ishrarahum
wa al-aghlala allatiy kanat ‘alaihim” [54]menghilangkan beban penderitaan dan
belenggu kesengsaraan yang ada pada umat—— Mereka menghadapi tantangan dari kekuasaan yang zalim sewenang-wenang dan menindas.
Caci maki, teror, ancaman dan penganiayaan
Mereka hadapi dengan kecerdasaan, kejujuran dan kesabaran. Keyakinan akan kehidupan akhir, telah menjadikan Mereka menjadi sosok pejuang yang berani tulus dan tidak takut mati.
Ya, “inspirasi utama” Mereka
adalah “semua jiwa akan mati”!
Testamen
——untuk Dadan Ibn Hasan
di danau Carnegie
Einstein[55]berperahu dengan Tuhan
bermain dadu
keduanya tertawa
dan main mata
saat itu
Einstein telah berhenti main biola
tetapi piano, menyanyikan duka
di atas puing Hirosima: kota itu sirna!
Dalam testamen[56]nya
Einstein berbisik pada Tuhan
“ sekarang saatnya, untuk pergi”[57]
keduanya tertawa
tanpa dusta
Jenazah dibakar, abunya menyebar!
HARI KE-20
Al-Hajj
Haji merupakan replika ibadah
mahdhoh berdimensi luas. Dengan ritual yang kaya makna serta sosio-historikal yang mampu membawa seseorang menapaki sejarah kemanusiaan, haji adalah fondasi
agama yang kokoh (arkan al-islam)
Namun saat ini,
Konsentrasi jemaah yang besar, sekitar 3-4 juta pertahun, di satu pihak dan keterbatasan tempat dan sarana di lain pihak, telah menimbulkan masalah bahkan penyimpangan yang dapat menggangu kesempurnaan atau keabsahan ibadah haji itu sendiri.
Kemacetan, kemubadziran fasilitas, kepadatan
——hingga banyak korban yang terjatuh atau tergencet——serta adanya motivasi bisnis serta niat hanya untuk sebuah status atau bahkan menutupi kemunafikan dan kejahatan seseorang,
ada seloroh haji dijadikan dosa laundry, pencuci dosa, maka haji mengalami “pendangkalan”
dan memunculkan “keengganan”
Langkah ke rumah-Mu
——untuk Arief Hakim
langkah
ke rumah-Mu
terhalang ilalang
atapnya dipenuhi belalang
langkah
ke rumah-Mu
terhalang kabar buruk
ruangnya penuh nyamuk
langkah
ke rumah-Mu
terhalang khotib yang batuk
ceramahnya hanya bikin kantuk
langkah
ke rumah-Mu
terkadang penuh kabut biru
dan hasrat jiwa yang syahdu
Engkau Maha Tahu: aku rindu
tapi malu
HARI KE-21
Al-Mu’minun
Sebelas ayat
yang jadi pembuka surat ke-23 ini
menjelaskan karakteristik orang yang beriman,
diantaranya: kekhusyuan, kepedulian
dan kemampuan menahan diri dari maksiat dan perbuatan sia-sia. keimanan yang tertanam kuat
dalam jiwa akan menumbuhkan
kesadaran ke Maha hadiran Allah (muraqobah)
dalam setiap aktivitas kesehariannya
Allah hadir dalam semua
perjalanan manusia dalam mempertahankan
keyakinan dan memperjuangkannya.
Seorang penyair berkata:
“ qif duuna ra’yika fi al-hayati mujaahidaa
Inna al-hayata jihaad wa aqidah:
Berdirilah dalam prinsip hidupmu
sebagai seorang pejuang, Karena hidup adalah perjuangan dan keyakinan”.
Buruh Genteng Jatiwangi
——untuk H. Iwan (MR Putra)
mata buruh melapuk
bersama tanah yang menumpuk:
angin bertiup membawa kabar buruk
kayu bakar bercemas hati
sudah lama tak bersua api :
ayam mengeram di atas cerobong sunyi
sela-sela perkampungan kumuh
riuh dengan bibi-bibir yang melenguh
: diburu rentenir kaki melepuh
“tataplah, sinar matahari”, Kata Kiai.
di pabrik bisu
mata mereka sendu. langit meredup
menuju senjakala !
HARI KE-22
An-Nur
Surat ke-24 ini dinamai An-Nur
yang berarti “cahaya”.
Setelah membaca surat ini,
saya ingat salah satu kitab Al-Ghazali,
Al-Munqidh min al-Dholal, Penyelamat dari Kesesatan.
Pesan moral yang disampaikan Al-Munqidh
adalah pentingnya proses pencarian dan keberpihakan
terhadap Al-Haq melalui tahapan yang tinggi tentang
konstruksi Islam menuju pemikiran Islam yang mampu meminimalisir sekat fanatisme menuju ruang Ilahi yakni, “cahaya kebenaran”.
Cahaya ini yang akan menuntun manusia pada ma’rifah dan mahabbah pada Allah. Keduanya akan menjadikan seorang hamba merasakan kerinduan (asy-syauq), ketenangan jiwa (al-unsu) dan kerelaan menerima kenyataan (al-ridho).[58]
Ajal
pada purnama
yang sirna, ada renyai air mata:
srigala menangisi matanya yang rabun[59]
“ cukuplah ajal sebagai penjaga ”, kata Ali[60]
awan berlalu-lalang
purnama bergaris palang
dan langitpun tengkurap berlinang[61]
bayangan kelam menikam
mimpi merangkak, menuruni lembah
tak bertepi.[62]
diiringi kalimat ilahi
“laa ilaaha illa Allah...” yang tak bergetar
srigala itu berkata datar,
“ ya, kalian akan
rasakan itu”
HARI KE-23
Al-Furqon
Surat makiyyah yang terdiri dari
77 ayat ini, banyak mengupas perbedaan yang mendasar antara kaum yang beriman
dan menentang para Rasul.
Karenanya surat ini
dinamai Al-Furqon, Pembeda.
Bila kaum yang menentang
meragukan kerasulan karena para Rasul berasal dari manusia biasa, makan, minum, berjalan di pasar, miskin dan tidak punya keistimewaan,
kecuali kesabaran, yang itu mereka
anggap sebuah sihir.
Maka kaum yang beriman, ibadurrahman,
hadir dengan kerendahan hati, keras keras,
cinta damai serta meyakini kebenaran Al-Quran
dan adanya hari kiamat.
Nasib
——untuk Mak Tiot Taneuh Beureum
di sudut kampung, dekat makam tua
tubuh reotnya mengendap-ngendap
di antara belukar sampah: pecahan beling,
botol minuman, sobekan koran, sabut kelapa
dan seutas tali mengikat rambut lusuhnya
yang terbakar.[63]
ternyata, tak ada santan
yang keluar dari sabut kelapa yang ia remas
dengan keriput tangannya. Kecuali air mata,
bayangan kematian, bau tulang yang membusuk
dan bibirnya terluka.[64]
tubuh menyeret karung robek yang
menghapus jejak-jejak kakinya.[65]
kita pun lupa
di mana ia sekarang?
HARI KE-24
Asy-Syu’ara
Asy-Syu’ara adalah jama’ dari Asy-Syair,
yang punya arti “Para Penyair”.
Yang dimaksud “Para Penyair” dalam
ayat ke-224 surat ini adalah mereka yang terjebak
pada permainan kata tanpa makna, tujuan dan tidak punya pendiriaan. Yakni yang menentang
kebenaran dan keadilan. Serta menjadikan syair atau puisi yang mereka buat sekedar eskspresi kebebasan
tanpa nilai, atau alat yang akan mengantarkan manusia pada pedangkalan spiritual, pelanggaran moral dan agama[66].
Berbeda dengan “Para Penyair”
yang membangkitkan semangat kreativitas serta memiliki kecenderungan revolusioner dari dinamika pemikiran bersifat plural, terbuka, apresiatif terhadap hal-hal baru, merakyat, dan punya kepedulian sosial yang tinggi. “Para Penyair” seperti itulah
yang menjadi penerus perjuangan Rasul:
sebagai pembimbing kehidupan spiritual manusia
Misteri
lewat lorong ini
aku mengintip misteri[67]:
mereka[68]
menyelisik kerikil panas
dan meludahkan api
mereka
tabuh kentongan tanpa bunyi
dan mabuk mantera sakti
mereka
buat teka-teki dalam tandu
dan rumah di atas punggung sapi
entah
lelaku apa
aku tak mengerti
HARI KE-25
An-Naml
Semut adalah salah satu binatang
yang dijadikan Quran—selain sapi, unta,
kuda, anjing, ikan, lebah, dsb— sebagai bahan
renungan bagi manusia (ibrah).
Beberapa keistimewaannya adalah:
hidup gotong royong, rumah dengan struktur bertingkat sebagai gudang menjadi ciri mereka yang hemat dan mampu mempersiapkan masa depan, kerapihan dan kedisiplinan
serta etos kerja yang mengagumkan.
Dan di atas keistemewaan itu
ada sosok yang sangat istimewa, yakni
Sulaeman, raja diraja yang sangat kaya,
tapi tersenyum saat dikritik rakyatnya;
bangsa semut.
Sujud Cinta
di hadapan sang raja
Hud hud[69]bernyanyi riang
pelatuknya memahat kayu
membentuk purnama yang ayu
: serbuk cinta bertaburan di jiwa
di taman istana
seorang ratu[70]tampak ragu
sapu tangan sehelai
mengajaknya berdamai[71]
: dekapan rindu menelusup kalbu
di atas menara
keduanya berdiri : gelisah, resah dan membeku
dan semut-semut pun berteriak,
“jangan percaya cinta,
Raja hanya ingin meruksak kota” [72]
saat subuh, segala rindu menyatu.
dari celah-celah jeruji cinta
terlihat sujud berdua
HARI KE-26
Al-Qashash
Penuturan kisah dalam al-Quran
bertujuan untuk meneguhkan hati orang
yang beriman.
Unsur “dramatis” yang menjadi
ciri khas al-Quran—sebuah kisah biasanya terdiri
dari beberapa adegan(gerakan dan dialog) serta narasi yang berfungsi memperkenalkan sosok seorang tokoh— merupakan cara yang sangat efektif dan padat dalam menyampaikan pesan moral kisah-kisah tersebut.
Begitu pentingnya kisah
Sebagai media dakwah, al-Quran
memperkenalkan surat ke-28 ini dengan
Al-Qashash, sebuah kisah,
diambil dari ayat ke 25
surat ini.
Sosok
tiap hari
ia pergi
kembali sore hari
tiap hari
ia mandi
bersabun api
tiap hari
ia sendiri
berbisik sunyi
tiap hari
ia berdiri
menatap mimpi
suatu pagi
kota berkabut misteri
ia bunuh diri
HARI KE-27
Al-Ankabut
“I’m Spiderman” , begitulah teriakan bintang
utama Film dengan judul Spiderman.
Ia jatuh cinta pada tetangga sekaligus
teman sekelasnya. Cinta yang terkendala oleh
keadaan phisik yang lemah dan wajah yang kurang menarik. Terlebih, ini yang paling menyakitkan, sang cewek ternyata kekasih sahabatnya sendiri.
Di tengah kegalauan seperti itu
ia mendapat anugrah; sebuah kekuatan yang mengantarkanya pada sebuah tanggung jawab yang besar. Yaitu membantu sesama, menegakkan keadilan dan melawan kezaliman !
Rumah laba-laba yang lemah dan rapuhlah
yang dikritik Quran dalam surat Al-Ankabut ayat 41.
Tetapi dengan kekuatan cinta sejati, cinta Ilahi,
kelemahan itu akan jadi kekuatan untuk meringkus orang-orang yang zalim, korup dan tidak manusiawi.
Penghianatan Angin
desir angin
membuka pintu. pemuda berwajah
tampan masuk tanpa jejak
angin itu lari dari jeruji
mengabari para penyamun keji
: dan gubuk berpenghuni seorang suci
dikelilingi para penggila sodomi [73]
“ kenapa tidak perempuan suci”,
tanya sang Nabi
angin membisiki mereka
tentang penghianatan Eva[74]
tentang penghinaan walihah[75]
tentang perselingkuhan wali’ah[76]
menjelang subuh, pemuda berwajah
tampan menghalau angin siperusuh
meringkusnya dengan rantai duri
angin meronta, berputar
memangil ombak
membongkah bumi
mengucurkan hujan api
menghancurkan langit kelabu
kota Sodom meringis
dalam gerimis nyeri
dan anginpun melarikan diri
HARI KE-28
Ar-Rum— Lukman— As-Sajdah
Tiga surat ini berbicara tentang
peran kenabian dalam mengukuhkan
kesadaran akan ke-Maha Hadir-an Allah.
Hal itu yang akan melandasi nilai keimanan yang akan
membimbing seseorang kepada prilaku yang baik dan terpuji. Sehingga muncul keinsyafan untuk menjalankan kehidupan ini dengan serius, sungguh-sungguh dan penuh kehati-hatian.
Kekalahan Rumawi(Nasrani)
oleh Persia(Majusi), menjadi pelajaran bagi
Rumawi untuk belajar dari kekalahan itu. Tujuh
Tahun kemudian Rumawi merebut kemenangan kembali
(Ar-Rum:2-4).
Begitu pula Lukman, dengan arif ia
mengajari anaknya untuk punya nilai keimanan
dan akhlak mulia. Dalam dimensi inilah
aspek muroqobah (Omnipresent)
, merasa dalam pengawasan Allah
menjadi syarat mutlak
ketaatan
(as-Sajjadah:15)
Kematian
menerobos kabut sunyi
gerobak itu melewati gardu tua,
ujung kain melambai pada desa-desa
yang terlewati. sungguh ceceran darah
mulai membasahi kerikil
yang tergerus roda[77].
gerobak dengan keranjang
penuh nyawa, ditumpuk bersama paha
berselimut garam dan ratusan nyamuk
yang berpesta. tulang rusuk memercik
api bergesek dengan kunang-kunang
yang berhamburan
seperti periuk mendidih
angin bergemuruh, mengobarkan api
melahap bebatuan dan kegelapan
yang beranjak pekat. Gerobak itu bergoyang
membenamkan raga, paha dan
nyamuk-nyamuk gemuk tanpa nyawa
sebuah nisan ditancapkan
di atas tanah merah
dan sedikit goyah[78]
HARI KE-29
Al-Ahzab &-Saba
Surat al-Ahzab mengemukakan
sekelompok manusia yang selalu mengolok-olok
kebenaran dengan berbagai cara. Merekalah
orang-orang munafik
Imam Ali mengatakan,
“ kemunafikan adalah kenistaan yang mudah
dikenali dengan tanda-tanda sbb: penghormatan mereka adalah kutukan, makanan mereka adalah tuduhan dan penghasilan mereka adalah korupsi. Mereka mengenal masjid (agama) sebagai
tempat pelarian, berlaku sombong, berlaga
pahlawan dan seorang maling
teriak maling”
kemunafikan adalah awal kehancuran.
Kerajaan Saba’ yang mampu membangun megaproyek
bendungan Ma’arib, mengalami kehancuran karena
mentalitas dan budaya kemunafikan.
Segenggam Debu
sebulir embun
menetesi rerumputan wajahmu
saat berwudhu. wajah yang coreng moreng
dengan make-up dusta dan sandiwara[79]
noktah kebohongan
menghitam di keningmu
karena saat bersujud yang terukir di pikiran hanya bagaimana
cara menjual masjid
air mata bersimbah
bukan seperti Bilal bin Rabaah
yang demi cinta rela berlumur darah
matamu hanya tersilap jerami
mata hatimu jadi mati
kamu perlu segenggam debu
untuk membasuh rasa malu
dan jiwa yang membatu[80]
itu saja!
HARI KE-30
Faathir & Yaasin
Ini malam terakhir Ramadan 1427 H. Saya merasakan kehampaan karena akan ditinggalkan sebuah bulan penuh rahmat, dan ampunan
Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah yang lahir
15 Jumadil Awwal 36 H, adalah satu diantara orang-orang yang merasakan kepedihan yang mendalam karena kepergian Ramadhan. Wajahnya bersimbah air mata, tangannya bergerak lemah mendekap dada dan tersungkur dalam sujud panjang, yang karenanya, ia bergelar As-Sajjad: yang banyak bersujud.
Suara Sang Waktu, nama lain Faathir adalah suara Malaikat, terdengar di relung bathinku
“Hai anak Adam, aku waktu, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku arena aku tidak akan kembali sampai hari kiamat”
Maka, berulang-ulang ku baca Yaasin, karena
ia Qalbu al-Quran, hatinya al-Quran. barangsiapa yang membacanya dengan ikhlas akan Diberi pahala membaca al-quran sepuluh kali. (HR.Tarmizi)
Ramadan
hari-hari tanpamu
duka dan hampa bertanya-tanya
Oh Ramadan
di mana kau menyepi
quran tak bersuara
masjid tak bergema
sajadah, tasbih dan mukena
tergeletak tanpa nyawa
hati berubah
tak ada yang mengasah
kembali berbintik darah
penuh nafsu amarah
hari-hari tanpamu
resah dan gelisah tak mau mengalah
Oh Ramadan
Kenapa kau pergi
Khotimah
Di tengah keprihatinan sebagai anak bangsa, terakhir dengan ‘heboh” polygami seorang Kiai, saya mendapatkan kebahagian saat HARLAH Jamiah Nariyah[81] (kegiatan rutin yang saya lakukan bersama ribuah jamaah dengan berdzikir tiap malam Rabu) ke 11, 5 Desember 2006, di Bakorwil[82] Cirebon, di mana penulis bisa merayakannya dengan anak jalanan[83], Qi Buyut dan Tim MIF. [84]. Kebahagian itu melengkapi berkah Ramadan 1427 yang dilewati dengan penuh kehangatan bersama istri & anak-anak tercinta, para santri “pesantren pasaran” ke-8 ——mereka yang ikut prosesi ritual pasaran dan masuk TV ——, sobat-sobat jurnalis[85], Mas Alwy n Mba Eva, Mas Arif, saudara-saudara warga Tionghoa[86], Forum Sabtuan[87], pengurus BDI Pertamina[88], pengurus PKL[89] , wa bil khusus Kang Darto n Qi Buyut serta sahabat & asistenku Ust. Dadan & Doto. Untuk mereka semua, kumpulan puisi ini ku persembahkan. Jazakumullah Khoiron Katsiro...!
[1] Terjemahan Maghdub dan Dholin. Dua kelompok yang ada diantara jalan yang lurus, shirot al-mustaqim.
[2] . Surat al-Fatihah disebut juga Umm al-Kitab, Ibu atau induknya al-Quran. Mengacu pada ini bersimpuh pada ibu harus direalisasikan dengan penghayatan pada al-Fatihah.
[3] Diambil dari kisah legendaris Ken Arok atau Angrok, cikal bakal raja-raja Majapahit. Dalam Pararaton yang termuat dalam Nagarakrtagama karya Empu Prapanca edisi 1919 terjemahan H. Kern.
[4] . QS.2:45
[5] . Kedua lelaki itu adalah Zakaria dan Imran yang menikahi Isya’ dan Hannah, putri Faqudz.
[6] . QS. 3: 39
[7] . Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa AS
[8] . Dalam QS 2: 184 diterangkan bahwa Ramadan adalah bulan diturunkanya al-Quran. Maka tilawah (membaca) al-Quran menjadi ritual khas Ramadan. Apalagi dalam sebuah hadits Nabi dikatakan bahwa surga merindukan pembaca Quran.
[9] . QS 4 : 1.
[10] .QS 4 : 6
[11] . QS 5 : 103. dalam ayat itu ada penegasan tentang tidak ada syariat Allah tentang Bahiirah, Saaibah, Wasiilah dan Ham, kesemuanya adalah sapi-sapi yang disucikan oleh orang-orang yang bodoh.
[12] . QS 5:112. Hawari adalah pengikut setia Nabi Isa.
[13] . QS 3:48-49
[14] . Sebentuk keingintahuan yang melorot menjadi gossip visual.
[15] . QS 6: 70
[16] . QS 6: 108
[17] . QS 7 : 12. ayat ini menggambarkan bagaimana Iblis telah menunjukan kesombonganya. Ia berdusta.
[18] . QS 7 : 17. Iblis pun sesumbar untuk menyesatkan manusia dengan beribu cara.
[19] . QS 7 : 18. Sebuah kutukan Allah pada Iblis.
[20] .QS 9:22. Santri yang mendengar tapi tidak mendengar
[21] .QS 9:28. Banyak yang terpedaya harta, kekuasaan dan kehormatan keluarga
[22] . .QS 9:35. Lembaga agama hanya riuh dengan siulan dan tepuk tangan, membiarkan masa depan dalam ketidakpastian
[23] . Tarawih adalah bentuk jamak tarwihah, yang mempunyai arti relaksasi. Sebuah sholat yang khas dilakukan pada malam Ramadan. Sering pula disebut qiyam al-lail.
[24] . QS 9: 118. Kaab bin Malik, Hilal bin Umayah dan Mararah bin Rabi’, mereka ditangguhkan taubatnya jkarena tidak ikut perang.
[25]. QS 9: 128
[26] . Puisi ini terinspirasi gaya penulisan Emily Dickinson (1830-1886) penyair individualis yang radikal asal Amhert Massachusett USA. Sebagai penghormatan padanya, anak ke-3 ku diberi nama Emily Ghaitsa. Dan dengan berkahnya Istriku bisa berkunjung ke Amhert Massachusett, April 2006.
[27] . QS 11:60.
[28] . QS 89:6 . Iram adalah ibu kota kaum Aad
[29] . QS 12:8
[30] . QS 12:9
[31] . QS 12:10
[32] . QS. 13:2
[33] . QS 13:11
[34] . QS 13:17
[35] . QS 13:14
[36] . QS 13:28
[37] . Urutan hurup dalam bahasa Arab yang dimulai Alif, Ba dst.
[38] . ini merujuk pada diktator tua Namruz.
[39] . QS. 14: 24. Ayat ini memberi perumpamaan kalimat thoyyibah
seperti sebuah pohon yang akarnya menancap di bumi.
[40] . Pusat penyembahan berhala
[41] . QS. 15:72
[42] . QS 15: 56. Tidaklah orang yang berputus asa kecuali orang yang sesat.
[43] . Ratib berasal dari rataba yartubu ratban artinya kokoh atau tetap. Secara istilah Ratib
berarti tartib al-harsi li al-himayah, penjagaan yang teratur untuk seseorang.
[44] . Pedang Imam Aly yang bercabang dua.
[45] . QS. 16:68. Allah memberi ilham bagi lebah agar membuat sarang di gunung, pohon dan tempat yang dibuat manusia.
[46] . Binatang sejenis kuda dan bersayap. Tunggangan Nabi saat isra mi’raj.
[47] . QS 17:1
[48] . itulah miraj Nabi. Bagi kita, cukuplah sholat sebagai mi’raj al-mu’minin. Tambahkan tahajjud agar diberi kedudukan yang terhormat.
[49] . QS al-Isra ayat 82. Al-Quran memang obat dan rahmat
[50] . QS 19:17-22
[51] . QS Ali Imran:47
[52] . QS Ali Imran:49
[53] . QS. 19:25
[54] . Qs. Al-Araf:157
[55] . Ilmuwan besar ini lahir Maret 1879 di Ulm Wuttenberg (Jerman), wafat 18 April 1955.
[56] . Semacam wasiat kematian
[57] .QS 21: 35. Setiap jiwa akan mengalami kematian….kepadaNya kita kembali.
[58] . Ghazali datang saat agitasi dan kekacauan melanda. Maka teorinya tersebut merupakan
respon terhadap keadaan yan g terjadi. (Mc.Donald, Development of Moslem Theology, Jurisprudence and Constitutional Theory)
[59] .QS 24:39
[60] . Imam Ali dalam nahju al-balaghoh.
[61] . QS 24:40
[62] . QS 24:43
[63] . QS .25:63.
[64] .QS 25:7-8. Perjuangan mereka hanya mendapat caci-maki dan penghinaan.
[65] .QS 25: 57. Karena keikhlasanya mereka tidak minta upah apalagi penghargaan.
[66] . Agama yang dimaksud adalah maqosid asy-syariah, tujuan syariah yaitu keadilan, kesetaraan, kebebasaan bereskpresi, kerahmatan semesta dan kearifan lokal.
[67] .QS. 26:10-68. Lorong sejarah yang terbaca di surat ini mengisahkan Nabi Musa dan Fir;aun.
[68] . Mereka itu adalah para Nabi yang berhadapan dengan kaumnya.
[69] .QS 27:20
[70] Ratu Balqis yang memerintah kerajaan Sya’biyyah
[71] .QS 27:29-30
[72] .QS 27:34
[73] . QS 29:28
[74] . Siti Hawa, istri Nabi Adam
[75] . Istri Nabi Nuh (QS Al-Tahrim:10)
[76] .Istri Nabi Luth sendiri
[77] .QS 30: 9
[78] .QS. 30:10
[79] .QS 33:12
[80] .QS Al-Baqorh:74
[81] . Pak Siddik, Sarimah, Pak Agung dan para koordinator
[82] . Tanks buat KaBakorwil ir. TB. Hisni, H. Cecep dll
[83] . Kang Iwan dkk, Mr Obeng dll
[84] . Hj Tuti Ano, Bang Kana, Bang Golan
[85] . Aras(Radar), Lisdha (Kompas), Kang Ahda Imran (PR), Kang Nana(Galura), Soni (Tribun Jabar), Mba Nunung (Media Ind), Agus (Trans), Yudi (Indosiar), Miftah (Global), Mas Ridhwan & Mas Setya (SCTV), Budi (RCTI), Liberti dll.
[86] . Terutama Om Bungki (RM Swiekie Candra), Ujang Bandi, dsb.
[87] . Pak Adang, Pa Surya, Pdt Yohanes, Pdt Soegeng, Pdt Supriyono, KH Husein, Mbak Fatimah dll
[88] .H Iman Budiono, H Ginting(Bongas), H Mahfudz, H Nurdin, H. Raisyan, H Zarkasih (Balongan), H Tugiyo, Dr.Bramantio, H.Irwan (Klayan) dll.
[89] .Mas Obeng & Bang Yunus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar