Minggu, 14 September 2008

Puisi Ramadhan



Sebuah Pengantar

Keseluruhan isi kumpulan puisi saya, Ku Pilih Sepi, hanya merupakan jawaban-jawaban, walau sangat sederhana dan terkadang kehilangan arah, dari pertanyaan klasik tentang hubb al-ilahi , kecintaan pada Tuhan. Dalam bentuk Nya yang unique, tunggal dan penuh misteri, Tuhan mewujud dalam hasrat (syauq), nafas derita (hanin), rindu dan seluruh relasi, yang sangat rumit, dengan sesama ciptaan; laut, angin, rumput, kuda, camar, kekasih, dan bahkan debu.

Saya hendak berbagi cinta; baik bersifat ilahiyah, spiritual (hubb ruhani), maupun alami (hubb tabi’i), kepada seluruh kalangan yang merindukan sebuah realita yang berada dalam rangkaian ilahi. Sebuah rangkaian yang dipenuhi orang-orang yang berhati ‘arif; yang selalu memantulkan “hubb ilahi” setiap saat ke atas neraca mikrokosmos. “ langit dan bumi Ku tak bisa meliputi Ku, namun hanya hati hamba Ku yang setia, akan mampu meliputi Ku”, demikian Tuhan dalam hadits qudsy. Kesetiaan terhadap “kebenaran” dan kesabaran terhadap “kehidupan”, menjadi “ruh” seorang ‘arif bi allah.

Karena dorongan cinta itulah, saya –yang semula, hampir tidak percaya, pada diri sendiri, untuk menuliskan semua bayang-bayang yang berkelebat dalam batin, pikiran serta “mimpi” saya selama ini,—mengekspresikan penghayatan atas pengalaman hidup ini, dengan puisi. Seperti Dzunun al-mishry, Surahwadi al-maktul, ibn Arabi atau Syeikh Siti Jenar, saya berharap bisa meleburkan diri dalam hakikat cinta ilahi di tengah kesadaran masyarakat.

Saya hanya “awam” untuk ini semua, tapi beberapa orang yang masih “setia” dengan cinta, memperkenalkan saya untuk memasukinya dengan penuh keyakinan. Diantaranya; Mas Alwy yang meniupkan ruh kecintaan pada Ema, kedalam sumsum kesadaranku sebagai anak. Mbak Upik yang membiarkanku menghisap pori tubuhnya sehingga abadilah kesegaran nafasku sebagai lelaki. teman-teman PSN (Pendidikan Seni Nusantara) & Fahmina, Mas Arief, Ustadz Dadan , Asep Beben, penyanyi jalanan Cirebon dan teman-teman di LSS-DKC, Thanks ya.

Jatiwangi, Maret 2006

Maman Imanulhaq Faqieh


HARI KE-1

Al-Fatihah

Dalam al-Itqon fi ulum al-Quran,

al-Imam Jalal Ad-Din Al-Syuyuty menyebutkan dua puluh lima nama untuk surat al-fatihah.

Sesusai kaidah: “li anna katsro al-asma’ tadullu ‘ala syarf al-musamma’, sesungguhnya banyaknya nama untuk sesuatu menunjukan kemuliaannya, maka nama-nama surat al-Fatihah menunjukan kemulian surat ini.

Rasulullah bersabda:

“ Aku akan tunjukan surat yang paling agung, itulah Fatihah yang merupakan

al-Sab’u al-Matsani, tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang (ketika sholat) dan ia merupakan Umm al-Kitab, induk al-Quran”.

(HR. Bukhori)


Ibu

——untuk Ibuku: Hj. Lalih Halimah Faqieh

lewat Malangbong

ada dua jalan : belok ke Bandung

atau lurus ke Sumedang

ku pilih jalan lurus

ilalang terbakar

asapnya menuruni lembah:

desir azan di gapura Ramadan

ku berhenti tuk bersuci

kabut dingin bernapas

melalui rongga ruhani menelusup nadi :

bibir-bibir mungil mengeja basmalah

ku pacu kudaku

temaram magrib

tak sanggup membutakan nurani:

antara tersandung dan terkubur arang[1]

ku pilih jalan lurus

dan bersimpuh di pangkuanmu:

Ibu ![2]

Cimalaka Sumedang, 24 September 2006

HARI KE-2

Al-Baqarah

Bila al-Fatihah disebut Umm al-Kitab,

maka al-Baqarah adalah sinam al-Quran wa sinam kullu syaiin, puncak surat-surat dalam al-Quran dan puncak segala sesuatu.

(al-Mustadrak)

Surat ini terdiri dari 286 ayat.

Salah satunya merupakan ayat terpanjang

yang ada di al-Quran, yakni ayat ke 282: ayat tentang akuntabilitas. Beberapa ayatnya menceritakan kisah Sapi Betina

sebagai saksi peristiwa pembunuhan

pada zaman Nabi Musa,

darinya surat ini dinamai al-Baqarah


Betina Yang Terluka

——untuk Istriku tercinta: Upik Rofikoh.

bagai betina yang terluka

terlentang dalam pekat duka

sekian lama menaburi gua garba

dengan melati, yang menancap

hanyalah belati

kukunya menoreh kutukan Empu Gandring[3]

saat kekasih menaburi wajah

dengan daun kering

sekian jauh

perahu menelusuri rawa-rawa

tiba-tiba tubuhnya tertusuk sembilu

dari burung yang membawa kabar pilu

bagai Ardhanariswari,

mulutnya melenguh rindu

tapi hatinya berdarah dan membeku !

perlahan, penuh khusyu.

lidahnya menjilati putik berembun:

memohonlah dengan sabar dan sholat.

hidup sungguh berat. kecuali bagi yang dekat denganNya dan bersahabat[4]

Perum Gunungsari, 25 September 2006

HARI KE-3

Ali Imran

Keluarga merupakan pilar

masyarakat. Kehancuran masyarakat tergantung pada bobroknya keluarga., begitu sebaliknya.

Maka Kisah keluarga Imran dan Hannah

---termasuk di dalamnya Nabi Zakaria yang beristri Isya’, adik Hannah—

sangat menarik dikaji. Karena adanya pergulatan batin; yakni keturunan dan masa depan masyarakat.

Di sinilah makna sebuah kecemasan dan ketidakberdayaan menghasilkan sebuah ketulusan dalam berdoa serta kerelaan dalam berkorban.

Doa Imran dan Zakaria dikabul. Maryam binti Imran jadi pelayan Allah di mihrab, Yahya bin Zakaria jadi utusan Nya.

Dari al-Baqarah dan Ali Imran,

banyak cahaya kehidupan dan kemanusiaan.

Maka pantas keduanya disebut al-Zahraawaini:

Dua Cahaya !


Sebuah Keluarga

dua lelaki tua

berbincang dalam hening kematian

senja tampak temaram

di puncak menara

lonceng berbunyi

debu menyelimuti pagi

di bawah bayang-bayang senja

dua perempuan: kakak beradik putri Faqudz[5]

tampak gelisah dengan desir dedaunan

yang berjatuhan tiap musim

lonceng berbunyi

terdengar mantra Ilahi

Aku anugrahkan bagi kalian buah hati,

agar kalian tidak berduka diri “[6]

tembang-tembang suci

mengalun dari gadis[7] penghuni mihrab

matanya menengadah

ke puncak keabadian

Bongas, 26 September 2006


HARI KE-4

Al-Nisa

“ Ingatlah, Aku berpesan pada kalian

agar berbuat baik pada perempuan”,

demikian Nabi berpesan.

Perempuan merupakan sumber inspirasi dan kerinduan. Darinya, sebagai seorang ibu (umm) anak-anak lahir merdeka dan menjadi pemimpin.

Disamping surat ath-Thalaq, yang sering

disebut an-Nisa sugra, surat an-Nisalah yang banyak membicaran persoalan perempuan. Pada permulaan surat ini asal-usul manusia dibahas dengan sangat menarik.

Ya, manusia berasal

dari satu nafas, menyebar

menjadi jiwa-jiwa yang bebas.


Menimang Rindu

——untuk Fahma, Hablie & Emily Gaitsa

tiga hari berlalu

Ramadan menimang rindu

pada penjaga lisan

dan pembaca Quran[8]

dalam surat keempat

asal-usul rindu terungkap[9]

berawal dari satu napas

menjadi jiwa-jiwa yang bebas

ku peluk tiga anakku. terpejam.

ku endapkan ingatan

saat cakar ayah mereka

menggores kebeningan jiwa

terdengar dari retakan

dinding dapurku:

cukuplah Allah

jadi Pelindung dan Pengawas mereka[10]


HARI KE-5

Al-Maidah

Saat “para santri” meminta pada Nabi Isa

agar Allah menurunkan “hidangan”,

maka Allah mengabulkanya.

Sebuah ibrah tentang karunia yang

selalu akan dianugrahkan Allah

pada siapapun yang setia pada kebenaran

serta punya keberanian

dalam menegakkan keadilan.

Surat ke-5 ini, dengan 120 ayat, banyak berbicara tentang perjanjian dan penyelamatan. Karenanya sering disebut

surat al-‘Uqud dan al-Munqidz.


Hidangan Ruhani

——untuk Santri “Pasaran” Ramadan 8

titik api

membesar dalam alunan

rebana dan genderang tua

ayo

jadilah Bilal sang pemberani

karena genta Ramadan berbunyi

menantang mu untuk berlari

di atas bara api

injaklah pecahan kaca

jangan buat kuburan dari cemas dan putus asa

sucikan hidupmu

dengan tetesan zamzam

ingat ! kamu bukan sapi yang suci[11]

tapi debu yang memiliki matahari

jadilah hawari[12] berhati suci


HARI KE-6

Al-An’am

Keseluruhan isi surat al-An’am berkaitan

dengan konsep tauhid, pengesaan Allah.

Maka segala bentuk kemusyrikan

sangat terlarang. Yakni, adanya penyembahan kepada selain Allah, baik menyembah berhala, binatang, bintang-bintang, kekayaan,

jabatan maupun, ini yang paling bahaya,

hawa nafsu.

Syeikh ‘Atho’illah berkata:

Ashlu kulli ma’shiyah wa ghofflah

wa syahwah ar-ridho ‘an nafsi, sumber semua kemaksiatan, kelalaian dan syahwat

adalah kerelaan pada hawa nafsu

(Al-Hikam)


Nafsu

——untuk Forum Sabtuan Cirebon

kerling gereja tua,

seratus tiga puluh tahun, menggoda:

serasa dibui Bunda Maria

lonceng gereja tua,

beradu gemuruh ombak, mempesona:

bak mukzizat Isa yang membangkitkan jiwa[13]

jamaah gereja tua,

berdoa dalam kekhusyuan, setia:

walau negri bagai reruntuhan Sodom dan Gomora

di depan gereja tua,

lalu lalang pemburu nafsu, terus berdosa:

berzina, memakan riba dan menipu rakyat jelata

dari gereja tua,

ribuan khutbah tentang kemanusiaan,

semakin hampa: hedonisme dan voyeurisme[14] membungkam agama[15]

kecuali sore ini. sesaat.

ratusan penempuh jalan Ilahi

berteduh di tenda gereja tua

dengan darah yang bergairah:

Cinta ![16]

Gereja St. Yosep Cirebon, 29 September 2006

HARI KE-7

Al-‘Araf

Surat al-A’raf termasuk kelompok

as-sab’u ath-thiwal, tujuh surat yang panjang. Kisah yang menonjol dalam surat ini

adalah kisah pembangkangan Iblis.

Iblis yang terusir, ar-rajiem, selalu menaruh

dendam pada manusuia. Ia berusaha untuk menjaring manusia dan jin, sebanyak-banyaknya, untuk jadi setan.

Setan adalah pasukan Iblis yang selalu

meniupkan, dalam bahasa Erich Fromm, semangat penyembah “berhala”:

penakut, budak, dekaden dan materialis.

Sehingga membentuk watak totaliter

yang lebih memuja primordialisme, memuja kelompok dan rasnya, ketimbang menyebar kasih sanyang pada sesama dan mencintai Allah, rabb ‘alamin, Tuhan sememesta Alam.


Penyesalan

——untuk Iblis la’natullah ‘alaihi

ia tebar kata

untuk menjala bara

bibirnya

terperangkap

senja dan berdusta[17]

ia bicara

banyak nama:

mengalirkan tanda dan warna[18]

ia tertawa

pada detik yang sama

kepalanya penuh duka

sebuah kail menancap di mata[19]

TGI Jln. Mukedas Cirebon, 30 September 2006


HARI KE-8

Al-Anfal

Surat ini disebut pula surah al-Badar.

Karena, menurut Ibnu Abbas, diturunkan pada perang Badar Kubra, sebuah perang yang terjadi pada tahun kedua hijrah dan sangat penting dalam menentukan sejarah Islam.

Surat ini mengupas tentang

harta rampasan perang (al-ghonimah).

Karena jumlah pasukan yang sedikit sedang

ghonimah berlimpah maka timbul masalah.

Bagaimana caranya membagikan ghonimah dengan adil.

Karena terkadang, keikhlasan ternodai

dengan perebutan ghonimah. Atau perjuangan sejati terlupakan karena kemewahan yang berlimpah.

Imam Asy-Syafii berkata :

“ Apabila kerakusan bersarang di hati,

alamat bahaya mengancam diri “


Terhempas

——untuk Ayahanda: KH Abdurrochim

seorang santri

terlelap dalam mimpi

bersandar pada pohon kering

dan mati[20]

seorang kiai

terjebak dalam lumpur

tubuhnya membeku

dan tertidur[21]

sebuah pesantren

menyalakan lentera

untuk arwah di kubur

dan santri asyik main catur[22]

sebuah dunia

penuh kabut

darinya aku datang

dan sulit menang!

al-Mizan Jatiwangi, 1 Oktober 2006


Hari Ke-9

At-Taubah

Taubat adalah tahapan pertama

dan penting menuju jalan ketuhanan.

Rasul bersabda, “ bertobat adalah menyesal

dan tindakan kembali kepada Allah”.

Dalam Kasyf al-Mahjub,

Al-Hujwiri mengatakan, “Tobat itu ada tiga macam: Pertama, dari yang salah kepada yang benar. Kedua, dari yang benar kepada yang lebih benar. Ketiga, dari kedirian menuju ketuhanan.

Surat yang diturunkan

sesusai perang Tabuk ini (tahun ke-9 H), mengandung pokok-pokok pertobatan. Diantaranya; al-Ilmu (pengetahuan), an-Nadam (penyesalan), al-Iqla’ (penghentian dosa)

dan al-Baraa’ah ( pengembalian hak adami)


Nabi Membasuh Api

——untuk Abah H. Kosim Fauzan

Jatiwangi

berbagi sepi

dengan bulan di pinggir kali

setelah tarawih[23]

ku bernapas dalam gelap

seperti tiga sahabat yang terperangkap

dalam sesal dan duka[24]

kota angin

menghembuskan maut

pada ranting serta dedaunan yang kering

malam pekat

terbalut sunyi dan debu

ku baca syair-syair Barjanzi

agar Nabi sudi membasuh api[25]

Jatiwangi, 2 Oktober 2006


HARI KE-10

Yunus

Menurut hemat saya,

hanya satu ayat yang menjelaskan Nabi Yunus

dan umatnya (ayat 98), tapi entah mengapa

surat ini dinamai surat Yunus ?

Tapi, kisah Nabi Yunus memang menarik

dan fenomenal. Apalagi di saat Ia mengalami fatrah, kejenuhan dalam memperjuangkan nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Bertahun-tahun ia berjuang, hanya dua orang yang tergerak

mengikutinya: Robil dan Tanukh.

Gejala itu yang hari ini melanda bangsa kita.

Ya, budaya instan dan klise merupakan gejala kejenuhan masyarakat dalam melakukan transformasi di segala bidang.

Pemikiran, Argumen dan Polemik telah

digantikan Opini, Komentar dan rubrik Tokoh dan Peristiwa. Itu semua menyuburkan, menurut B. Herry Priyono, Klise Massal.

Yaitu, Kultus Selebritis, Kultus Gaya Hidup

dan Penggerusan kapasitas Berpikir.


Yunus

ia

menyelam

dalam kelam

seolah di dadanya ada sekam

dan langit mencibir kepergianya

ia

bersimpuh

di geladak yang rapuh

tangannya terus mengusap peluh

dan ombak mengolok-olok keputusanya

ia

melompat

ke dasar laut yang pekat

nasib mengikat lehernya hingga sekarat

dan hiupun tak sudi mengunyahnya

dalam relung yang membasah

ia berdoa “ mestikah aku kecewa

padahal Engkau Maha Kuasa. haruskah

aku kalah, padahal pada Mu aku berserah”

ia

adalah kita

tanpa doa


HARI KE-11

Hud

Pergulatan dan pergumulan para Nabi

dalam mengkritisi moralitas, prilaku sosil dan

kebudayaan masyarakat yang tidak sehat dan tidak manusiawi sangat penting untuk dikaji agar ikatan batin tidak terlepas dari kehidupan. Sehingga segala bentuk nilai, kesadaran dan prilaku yang mencederai harkat dan martabat kemanusiaan, bisa dihindari.

Dari 123 ayat, isi surat ini

selain kisah Nabi yang lain-- kisah Nabi Hud dengan kaumnya, Ad, (ayat 59-60) kembali mengukuhkan kesadaran kita, bahwa kekayaan, kekuatan dan kepintaran sering menjadikan seseorang atau sebuah kaum menjadi sombong, zalim dan jahat.

Situasi seperti yang terjadi

saat Nabi Hud menghadapi Kaum Ad., terjadi saat ini dengan cara yang beragam, canggih dan lebih jahat.


Aad[26]

——untuk SBY

Aad.

siapakah mereka ?

kitakah itu ?

jahat, keras, zalim[27]

dan angin lesus menghardik baja

Aad.

mereka bukan siapa-siapa ?

jadi siapa ?

kita bangun kota seperti Iram[28]

dengan tulang rayap campur nanah

kita.

siapa? Tidak tahu?

padahal kita biarkan Tuhan terkapar

bersama jutaan perut yang lapar

lalu

beras impor

seperti lumpur serpong ?

konflik Poso

dan tetek bengek—omong kosong ?

cukup.

bohong !

untuk menjadi—kita,

bosan !

kita.

menjadi Aad ?

tak pernah lagi !

kapan?

Talaga, 4 Oktober 2006

HARI KE-12

Yusuf

Menurut Ibnu Arabi,

Muhammad bin Ali bin Muhammad bin al-Arabi (1165-1240 M) cinta adalah maqom tertinggi jiwa manusia dan awal pencapaian kesempurnaan menuju peleburan diri pada daya tarik Ilahi (disclosure).

Surat ke-12 ini termasuk Makiyyah

karena diturunkan di Mekah. Nabi Muhammad banyak mengambil ibrah (lesson moral) dari kisah Yusuf. Karena disamping menghibur, kisah-kisah tersebut mengungkap hal-hal ghaib yang selama ini tidak diketahuinya.

Bahkan, menurut riwayat

al-Baihaqi dalam “ad-Dalaa’il” banyak orang Yahudi

masuk Islam karena kisah Yusuf sesuai dengan

kisah yang selama ini mereka ketahui.

Walau ada yang menyayangkan kenapa

kisah percintaan Yusuf bisa masuk di Kitab Suci, tetapi Cinta tetaplah pesona tiada batas dan energi

yang menggerakan tanggung jawab, penghormatan,

kasih sayang dan kekuatan produktif.


Kegagalan Cinta

kata Rumi

cinta mampu mengubah racun jadi susu

mengapa Cinta seorang ayah pada si bungsu

menoreh nyeri pada rumpun bambu[29]

kata Rumi

cinta mampu mengubah setan jadi bidadari

mengapa di rumah yang diguyur cahaya ilahi

lahir pembohong dan tukang jagal sapi [30]

kata Rumi

cinta mampu mengubah amarah jadi ramah

mengapa Cinta membakar tangan berdarah

membenamkan saudara di dasar sumur yang terbelah[31]

kata Rumi

cinta mampu mengubah sakit jadi sehat

mengapa Cinta menciptakan perkelahian dahsyat

antara ulat sutera di hamparan daun berserat

Jatiwangi, 5 Oktober 2006


HARI KE-13

Ar-Ra’du

dan guruh itu bertasbih sambil memujinya

Itulah bunyi ayat ke-13 surat ar-Ra’du (guruh). Ayat ini, yang jadi poin penamaan surat ini, hendak menunjukan kesuciaan dan ke-Maha sempurnaan Allah. Juga sesuai dengan sipat al-Quran, bagai guruh:

menimbulkan harapan dan kecemasan.

Dua hal itu, yang dalam bahasa Quran disebut

Khauf dan Raja’, akan muncul pribadi-pribadi yang mempunyai kesadaran social berbasis akhlak sosial (social morality) yang menjadi modal untuk menciptakan tatanan sosial yang penuh kasih sayang.

Karena Dengan harapan itulah manusia bisa mempertahankan eksistensi diri dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan dengan kecemasannya, manusia bisa memperbaiki prilaku

keseharian dan sikap keberagamaan yang, mungkin,

dirasakannya masih bertolak belakang dengan subtansi ajaran agama yang diamalkannya


Buih

——untuk Faishal Helmy Zaeni

pecahan kecil

di kegelapan sukma

bergegaslah, pintu surga terbuka.

irama qur’ani membukanya,

untukmu; karena kau langit. tampa kaki

membentang, percaya diri [32]; Karena kau malaikat.

tampa upah tetap gairah, berserah dan pasrah[33].

gerimis darah

menetesi pori-pori ruhani

berhentilah, pintu surga tertutup.

tuk selamanya.

bagai buih, kau menghilang[34]

dan berdoa hanya dengan tengadah tangan

tampa usaha dan cinta,

sia-sia[35].

berzikirlah

dan tidur ![36]


HARI KE-14

Ibrahim

Namanya disebut al-Quran

dalam 25 surat, itulah Ibrahim

bapak monoteisme yang, menurut M. Quraish Shihab, berhasil melakukan penemuan terbesar sepanjang kehidupan manusia;

penemuan akan Tuhan Yang Maha Esa.

Perjalanan hidup Ibrahim

penuh dengan nuansa dan warna. Ia tampil menggugat dan mengkritisi Namruz dan mentalitas berhala serta sihir para pengikut sang diktator itu; Ia berkelana mencari “Tuhan”;

Ia mengalami suka duka dalam

kehidupan keluarga.

Darinya lahir

triumvirat agama

monoteis: Yahudi, Nashrani, Islam,

ritual Haji dan tardisi berkhitan


Kalimat Thoyyibah

Ia rajah pohon kokoh

dengan hurup hija’iyyah[37]: kampaknya

mencabik berhala tua[38] dan para pelantun mantera

Ia torehkan garis lurus alif pada akar[39]

yang menghujam di bumi: Ia tikam apapun

yang menghalangi jejak ilahi.

Ia tancapkan lam alif

penyangga batang agar tak roboh:

duduk bersila bergurau dengan bulan,

bintang dan mentari di langit yang kokoh

Ia pangkas rimbun dedaunan

menyerupai nun: gerimis yang menggigil

serta cahaya yang memudar terperangkap

dalam khusyu, dari waktu ke Yang Maha Satu.

suara kampak

berdenting di Haekal[40]

memecah keheningan, menyalakan api

dalam pekat kegelapan !

Jatiwangi, 7 Oktober 2006

HARI KE-15

Al-Hijr

Al-Hijr

adalah nama sebuah pegunungan

yang pernah didiami kaum Tsamud yang terkenal dengan keahliannya membangun rumah-rumah

yang mewah dan gedung-gedung

dengan arsitektur yang menawan.

(QS. Al-Fajr : 9)

Namun sangat disayangkan,

keterampilan, kepandaian dan etos kerja

kaum Tsamud tidak dibarengi sifat, moralitas dan

prilaku sosial yang baik. Mereka arogan,

isyraf (boros) dan zalim.

Surat dengan 99 ayat ini, hendak

memberi pelajaran bahwa siapapun yang

menentang kebenaran dan hati nurani

akan mengalami kehancuran.


Siang dan Malam

ku lekatkan ingatan

pada dua sosok manusia:

pengkhotbah di bukit nestapa

dan pemuja arca serta dusta

baginya siang dan malam itu sama

: gelap, dingin, lapar—— di dadanya

tersemai bibit derita

bagi dia siang dan malam itu beda

: pesta, vagina, darah——di jiwanya

menyala bara pemerkosa

baginya siang dan malam tetaplah sama

: sunyi, nyeri, anyir—— di mulutnya

tersumpal roti pahit penuh nanah

bagi dia siang dan malam pasti beda

: riuh, peluh, bunuh——di tanganya

terkepal ekstasi, viagra dan belati penuh darah[41]

keduanya masuk neraka

karena keputus-asaan dan kerakusan[42]


Rehat

Tidak terasa

sudah lima belas hari

ada dalam madrasah ruhaniah bernama Ramadan.

Maka, mari sesaat untuk menengok

para kekasih Allah (waliyullah)

yang beribadah tidak hanya pada Ramadan,

tetapi seluruh hidupnya dibaktikan untuk meraih

Cinta Allah dan Rasul Nya.

Salah satunya adalah : Shahib Ar-Ratib

Al-Imam Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas (lahir di Lisk Hadramaut tahun 992 H).

Dengan syauq (gelora cinta yang membara)

Beliau mengamalkan sabda Rasul,

kebaikan adalah modalku, cinta adalah prinsipku, dzikir adalah rehatku, sabar adalah bekalku dan ilmu adalah senjataku


Ratib[43]

——untuk Guruku: Abah Hud Ciwaringin

shaf-shaf

shuhuf-shuhuf

ehm....soup!

(jamaah berbaris

membuka lembaran ratib

mewangi bagai hidangan sup)

dzikir-dzikir

dzakar-dzakar

akh...dzulfikar![44]

(bibir berdesah

dengan pedang cinta

menikam syahwat dan gelisah)

shalawat-shalawat

syafaat-syafaat

asyik....lezaat!

(cinta pada Nabi

mengkhusyukan hati

menghantar pada Ilahi Rabbi)


HARI KE-16

An-Nahl

“ Orang yang beriman”, kata Nabi,

“seumpama lebah”.

Sebagai binatang kecil,

lebah mempunyai beragam keistimewaan

dan kemanfaatan bagi umat manusia.

Allah memberinya wahyu (ilham, QS.16: 68)

untuk membuat sarang yang kokoh, hangat dan unik. Lebah pun “hanya” mencari makan

dari sari bunga serta menghasilkan madu

yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kekuatan bagi umat manusia (QS.16:69).

Dari lebah, sikap hidup

orang beriman bercermin:

makanan yang halalan thoyyiba, rumah tangga

yang sakinah, mawaddah wa rahmah

serta memberi manfaat untuk sesama

Sabda Rasulullah SAW,

“ sebaik-baik manusia, yang paling

memberi manfaat pada sesama”


Sarang-Sarang Lebah

——untuk Hasan Maarif

sarang-sarang lebah

di lembah[45], bergelayut dengan

kabut. tanpa suara menitikan air mata

: limbah pabrik, bangkai flu burung, lumpur Lapindo...

membanjiri lembah. rumput terperangkap gelisah

sarang-sarang lebah

di pohon kayu, bermekaran bagai

lampu. membiarkan embun pergi dalam sendu

: gelar palsu, gaya hidup semu, muka batu...

nemplok di pohon kayu. dedaunan tiba-tiba mengering

sarang-sarang lebah

di kebunmu, berlayuan di musim

gugur. menyaksikan gemuruh badai

: narkoba, terorisme, erotisme, korupsi...

terkubur di kebunmu. nyamuk-nyamuk terlihat ngantuk

sarang-sarang lebah

di lembah, di pohon kayu, di kebunmu

di manapun, sudah tak bermadu!


HARI KE-17

Al-Isra & Al-Kahfi

Tadi malam,

peringatan Nuzul al-Quran,

Peristiwa turunya al-Quran, di pesantrenku

begitu syahdu. Sang Kiai menjelaskan bahwa Al-qur’an, dengan ruh keilahiahannya, merupakan sebuah teks suci yang lengkap dan sempurna. Ia tidak pernah kering, berhenti apalagi membeku, tetapi selalu mengajak para pembacanya untuk mencari dan menjelajahi ritualitas kehidupan yang tak pernah berakhir. Al-Quran mengajak manusia

untuk Isra dari al-Haram (kesuciaan) menuju

al-Aqsha (ujung pengabdian). Yakni

mardhotillah (keridhoaan ilahi).

Isra dilakukan dengan berinteraksi

sosial tanpa harus terjebak prilaku jahiliyyah;

kebejadan moral, kerapuhan solidaritas sosial dan rendahnya penghargaan terhadap hak asasi manusia. Seperti juga ashab al-kahfi, penghuni gua (QS. 18:9-26), Nabi Muhammad beruzlah (khalwat,tahannust) – menyendiri dan beribadah – di gua Hiro’ salah satu celah batu di jabal Nur – gunung cahaya – berjarak 2 mil sebelah utara Mekkah, sehingga mendapat pencerahan dalam hidupnya.


Burok[46]

——untuk guruku: Kiai Mukhlas Gedongan

seribu kepakan sayap

menabur permata di malam gulita[47]

ayo laju !

jangan tertipu bujuk rayu

dari semua penjuru

semua tipu

seribu ringkikan kuda

mengurai gulana di puncak derita

ayo maju !

tunjukkan jati diri

walau jiwa terbelenggu nyeri

tapi kedatanganmu dinanti

malam itu

kau berbisik sunyi

dengan Nya[48]


HARI KE-18

Maryam & Thoha

Menurut Ibnu Mas’ud, Ja’far Ibn Abi Thalib membacakan surat Maryam Di hadapan Najasyi, seorang Raja kristen yang menerima para sahabat Rasulullah berhijrah ke negaranya, Habsyi.

Surat ini, juga surat Thoha, memulai

Ayatnya dengan hurup fawatih as-suar, pembuka

surat-surat. Ada ulama yang memilih tafwidh, menyerahkan artinya pada Allah, ada juga yang coba menafsirkan atau paling tidak mengatakan

bahwa itu hanya nama surat.

Ada juga yang menulis ayat-ayat yang unik dan agung itu di atas kertas, tulang, atau kulit. Formula itu disebut wifik, yang sering dipergunakan sebagai media penyembuhan penyakit fisik dan mental, atau mengatasi masalah keluarga, finansial, atau sosial. Caranya celupkan ke dalam air minumkan ke pasien, atau dikalungkan, atau dipendam dalam tanah. Dapat juga diucapkan dengan mulut atau dalam hati, atau dengan bermacam cara lain.[49]
wa Allahu ‘alam.


Sang Putri

——untuk Lisdha Kompas

Jibril menari

di hadapan sang putri

yang mengernyitkan dahi[50]

dan tabir tersingkap pada jejak ilahi

Jibril menyanyi

agar didengar sang putri

bagai alunan seruling suci

menembus rahim tanpa air mani[51]

Jibril pergi

meninggalkan sang putri dalam sunyi

terasa mimpi——ruh ilahi itu menjelma bayi

yang berbicara dan membangkitkan si mati[52]

sang putri berdiri

di bawah batang kurma

pinggir kali [53]


HARI KE-19

Al-Anbiya

Surat ini banyak berbicara

tentang para Nabi (al-Anbiya).

Sebagai sosok yang selalu melakukan transformasi di tengah masyarakat——salah satunya adalah “ wa yadho’u ishrarahum

wa al-aghlala allatiy kanat ‘alaihim” [54]menghilangkan beban penderitaan dan

belenggu kesengsaraan yang ada pada umat—— Mereka menghadapi tantangan dari kekuasaan yang zalim sewenang-wenang dan menindas.

Caci maki, teror, ancaman dan penganiayaan

Mereka hadapi dengan kecerdasaan, kejujuran dan kesabaran. Keyakinan akan kehidupan akhir, telah menjadikan Mereka menjadi sosok pejuang yang berani tulus dan tidak takut mati.

Ya, “inspirasi utama” Mereka

adalah “semua jiwa akan mati”!


Testamen

——untuk Dadan Ibn Hasan

di danau Carnegie

Einstein[55]berperahu dengan Tuhan

bermain dadu

keduanya tertawa

dan main mata

saat itu

Einstein telah berhenti main biola

tetapi piano, menyanyikan duka

di atas puing Hirosima: kota itu sirna!

Dalam testamen[56]nya

Einstein berbisik pada Tuhan

“ sekarang saatnya, untuk pergi”[57]

keduanya tertawa

tanpa dusta

Jenazah dibakar, abunya menyebar!


HARI KE-20

Al-Hajj

Haji merupakan replika ibadah

mahdhoh berdimensi luas. Dengan ritual yang kaya makna serta sosio-historikal yang mampu membawa seseorang menapaki sejarah kemanusiaan, haji adalah fondasi

agama yang kokoh (arkan al-islam)

Namun saat ini,

Konsentrasi jemaah yang besar, sekitar 3-4 juta pertahun, di satu pihak dan keterbatasan tempat dan sarana di lain pihak, telah menimbulkan masalah bahkan penyimpangan yang dapat menggangu kesempurnaan atau keabsahan ibadah haji itu sendiri.

Kemacetan, kemubadziran fasilitas, kepadatan

——hingga banyak korban yang terjatuh atau tergencet——serta adanya motivasi bisnis serta niat hanya untuk sebuah status atau bahkan menutupi kemunafikan dan kejahatan seseorang,

ada seloroh haji dijadikan dosa laundry, pencuci dosa, maka haji mengalami “pendangkalan”

dan memunculkan “keengganan”


Langkah ke rumah-Mu

——untuk Arief Hakim

langkah

ke rumah-Mu

terhalang ilalang

atapnya dipenuhi belalang

langkah

ke rumah-Mu

terhalang kabar buruk

ruangnya penuh nyamuk

langkah

ke rumah-Mu

terhalang khotib yang batuk

ceramahnya hanya bikin kantuk

langkah

ke rumah-Mu

terkadang penuh kabut biru

dan hasrat jiwa yang syahdu

Engkau Maha Tahu: aku rindu

tapi malu


HARI KE-21

Al-Mu’minun

Sebelas ayat

yang jadi pembuka surat ke-23 ini

menjelaskan karakteristik orang yang beriman,

diantaranya: kekhusyuan, kepedulian

dan kemampuan menahan diri dari maksiat dan perbuatan sia-sia. keimanan yang tertanam kuat

dalam jiwa akan menumbuhkan

kesadaran ke Maha hadiran Allah (muraqobah)

dalam setiap aktivitas kesehariannya

Allah hadir dalam semua

perjalanan manusia dalam mempertahankan

keyakinan dan memperjuangkannya.

Seorang penyair berkata:

“ qif duuna ra’yika fi al-hayati mujaahidaa

Inna al-hayata jihaad wa aqidah:

Berdirilah dalam prinsip hidupmu

sebagai seorang pejuang, Karena hidup adalah perjuangan dan keyakinan”.


Buruh Genteng Jatiwangi

——untuk H. Iwan (MR Putra)

mata buruh melapuk

bersama tanah yang menumpuk:

angin bertiup membawa kabar buruk

kayu bakar bercemas hati

sudah lama tak bersua api :

ayam mengeram di atas cerobong sunyi

sela-sela perkampungan kumuh

riuh dengan bibi-bibir yang melenguh

: diburu rentenir kaki melepuh

tataplah, sinar matahari”, Kata Kiai.

di pabrik bisu

mata mereka sendu. langit meredup

menuju senjakala !


HARI KE-22

An-Nur

Surat ke-24 ini dinamai An-Nur

yang berarti “cahaya”.

Setelah membaca surat ini,

saya ingat salah satu kitab Al-Ghazali,

Al-Munqidh min al-Dholal, Penyelamat dari Kesesatan.

Pesan moral yang disampaikan Al-Munqidh

adalah pentingnya proses pencarian dan keberpihakan

terhadap Al-Haq melalui tahapan yang tinggi tentang

konstruksi Islam menuju pemikiran Islam yang mampu meminimalisir sekat fanatisme menuju ruang Ilahi yakni, “cahaya kebenaran”.

Cahaya ini yang akan menuntun manusia pada ma’rifah dan mahabbah pada Allah. Keduanya akan menjadikan seorang hamba merasakan kerinduan (asy-syauq), ketenangan jiwa (al-unsu) dan kerelaan menerima kenyataan (al-ridho).[58]


Ajal

pada purnama

yang sirna, ada renyai air mata:

srigala menangisi matanya yang rabun[59]

cukuplah ajal sebagai penjaga ”, kata Ali[60]

awan berlalu-lalang

purnama bergaris palang

dan langitpun tengkurap berlinang[61]

bayangan kelam menikam

mimpi merangkak, menuruni lembah

tak bertepi.[62]

diiringi kalimat ilahi

laa ilaaha illa Allah...” yang tak bergetar

srigala itu berkata datar,

ya, kalian akan

rasakan itu


HARI KE-23

Al-Furqon

Surat makiyyah yang terdiri dari

77 ayat ini, banyak mengupas perbedaan yang mendasar antara kaum yang beriman

dan menentang para Rasul.

Karenanya surat ini

dinamai Al-Furqon, Pembeda.

Bila kaum yang menentang

meragukan kerasulan karena para Rasul berasal dari manusia biasa, makan, minum, berjalan di pasar, miskin dan tidak punya keistimewaan,

kecuali kesabaran, yang itu mereka

anggap sebuah sihir.

Maka kaum yang beriman, ibadurrahman,

hadir dengan kerendahan hati, keras keras,

cinta damai serta meyakini kebenaran Al-Quran

dan adanya hari kiamat.


Nasib

——untuk Mak Tiot Taneuh Beureum

di sudut kampung, dekat makam tua

tubuh reotnya mengendap-ngendap

di antara belukar sampah: pecahan beling,

botol minuman, sobekan koran, sabut kelapa

dan seutas tali mengikat rambut lusuhnya

yang terbakar.[63]

ternyata, tak ada santan

yang keluar dari sabut kelapa yang ia remas

dengan keriput tangannya. Kecuali air mata,

bayangan kematian, bau tulang yang membusuk

dan bibirnya terluka.[64]

tubuh menyeret karung robek yang

menghapus jejak-jejak kakinya.[65]

kita pun lupa

di mana ia sekarang?


HARI KE-24

Asy-Syu’ara

Asy-Syu’ara adalah jama’ dari Asy-Syair,

yang punya arti “Para Penyair”.

Yang dimaksud “Para Penyair” dalam

ayat ke-224 surat ini adalah mereka yang terjebak

pada permainan kata tanpa makna, tujuan dan tidak punya pendiriaan. Yakni yang menentang

kebenaran dan keadilan. Serta menjadikan syair atau puisi yang mereka buat sekedar eskspresi kebebasan

tanpa nilai, atau alat yang akan mengantarkan manusia pada pedangkalan spiritual, pelanggaran moral dan agama[66].

Berbeda dengan “Para Penyair”

yang membangkitkan semangat kreativitas serta memiliki kecenderungan revolusioner dari dinamika pemikiran bersifat plural, terbuka, apresiatif terhadap hal-hal baru, merakyat, dan punya kepedulian sosial yang tinggi. “Para Penyair” seperti itulah

yang menjadi penerus perjuangan Rasul:

sebagai pembimbing kehidupan spiritual manusia


Misteri

lewat lorong ini

aku mengintip misteri[67]:

mereka[68]

menyelisik kerikil panas

dan meludahkan api

mereka

tabuh kentongan tanpa bunyi

dan mabuk mantera sakti

mereka

buat teka-teki dalam tandu

dan rumah di atas punggung sapi

entah

lelaku apa

aku tak mengerti


HARI KE-25

An-Naml

Semut adalah salah satu binatang

yang dijadikan Quran—selain sapi, unta,

kuda, anjing, ikan, lebah, dsb— sebagai bahan

renungan bagi manusia (ibrah).

Beberapa keistimewaannya adalah:

hidup gotong royong, rumah dengan struktur bertingkat sebagai gudang menjadi ciri mereka yang hemat dan mampu mempersiapkan masa depan, kerapihan dan kedisiplinan

serta etos kerja yang mengagumkan.

Dan di atas keistemewaan itu

ada sosok yang sangat istimewa, yakni

Sulaeman, raja diraja yang sangat kaya,

tapi tersenyum saat dikritik rakyatnya;

bangsa semut.


Sujud Cinta

di hadapan sang raja

Hud hud[69]bernyanyi riang

pelatuknya memahat kayu

membentuk purnama yang ayu

: serbuk cinta bertaburan di jiwa

di taman istana

seorang ratu[70]tampak ragu

sapu tangan sehelai

mengajaknya berdamai[71]

: dekapan rindu menelusup kalbu

di atas menara

keduanya berdiri : gelisah, resah dan membeku

dan semut-semut pun berteriak,

“jangan percaya cinta,

Raja hanya ingin meruksak kota” [72]

saat subuh, segala rindu menyatu.

dari celah-celah jeruji cinta

terlihat sujud berdua


HARI KE-26

Al-Qashash

Penuturan kisah dalam al-Quran

bertujuan untuk meneguhkan hati orang

yang beriman.

Unsur “dramatis” yang menjadi

ciri khas al-Quran—sebuah kisah biasanya terdiri

dari beberapa adegan(gerakan dan dialog) serta narasi yang berfungsi memperkenalkan sosok seorang tokoh— merupakan cara yang sangat efektif dan padat dalam menyampaikan pesan moral kisah-kisah tersebut.

Begitu pentingnya kisah

Sebagai media dakwah, al-Quran

memperkenalkan surat ke-28 ini dengan

Al-Qashash, sebuah kisah,

diambil dari ayat ke 25

surat ini.


Sosok

tiap hari

ia pergi

kembali sore hari

tiap hari

ia mandi

bersabun api

tiap hari

ia sendiri

berbisik sunyi

tiap hari

ia berdiri

menatap mimpi

suatu pagi

kota berkabut misteri

ia bunuh diri


HARI KE-27

Al-Ankabut

I’m Spiderman , begitulah teriakan bintang

utama Film dengan judul Spiderman.

Ia jatuh cinta pada tetangga sekaligus

teman sekelasnya. Cinta yang terkendala oleh

keadaan phisik yang lemah dan wajah yang kurang menarik. Terlebih, ini yang paling menyakitkan, sang cewek ternyata kekasih sahabatnya sendiri.

Di tengah kegalauan seperti itu

ia mendapat anugrah; sebuah kekuatan yang mengantarkanya pada sebuah tanggung jawab yang besar. Yaitu membantu sesama, menegakkan keadilan dan melawan kezaliman !

Rumah laba-laba yang lemah dan rapuhlah

yang dikritik Quran dalam surat Al-Ankabut ayat 41.

Tetapi dengan kekuatan cinta sejati, cinta Ilahi,

kelemahan itu akan jadi kekuatan untuk meringkus orang-orang yang zalim, korup dan tidak manusiawi.


Penghianatan Angin

desir angin

membuka pintu. pemuda berwajah

tampan masuk tanpa jejak

angin itu lari dari jeruji

mengabari para penyamun keji

: dan gubuk berpenghuni seorang suci

dikelilingi para penggila sodomi [73]

kenapa tidak perempuan suci”,

tanya sang Nabi

angin membisiki mereka

tentang penghianatan Eva[74]

tentang penghinaan walihah[75]

tentang perselingkuhan wali’ah[76]

menjelang subuh, pemuda berwajah

tampan menghalau angin siperusuh

meringkusnya dengan rantai duri

angin meronta, berputar

memangil ombak

membongkah bumi

mengucurkan hujan api

menghancurkan langit kelabu

kota Sodom meringis

dalam gerimis nyeri

dan anginpun melarikan diri

HARI KE-28

Ar-RumLukmanAs-Sajdah

Tiga surat ini berbicara tentang

peran kenabian dalam mengukuhkan

kesadaran akan ke-Maha Hadir-an Allah.

Hal itu yang akan melandasi nilai keimanan yang akan

membimbing seseorang kepada prilaku yang baik dan terpuji. Sehingga muncul keinsyafan untuk menjalankan kehidupan ini dengan serius, sungguh-sungguh dan penuh kehati-hatian.

Kekalahan Rumawi(Nasrani)

oleh Persia(Majusi), menjadi pelajaran bagi

Rumawi untuk belajar dari kekalahan itu. Tujuh

Tahun kemudian Rumawi merebut kemenangan kembali

(Ar-Rum:2-4).

Begitu pula Lukman, dengan arif ia

mengajari anaknya untuk punya nilai keimanan

dan akhlak mulia. Dalam dimensi inilah

aspek muroqobah (Omnipresent)

, merasa dalam pengawasan Allah

menjadi syarat mutlak

ketaatan

(as-Sajjadah:15)


Kematian

menerobos kabut sunyi

gerobak itu melewati gardu tua,

ujung kain melambai pada desa-desa

yang terlewati. sungguh ceceran darah

mulai membasahi kerikil

yang tergerus roda[77].

gerobak dengan keranjang

penuh nyawa, ditumpuk bersama paha

berselimut garam dan ratusan nyamuk

yang berpesta. tulang rusuk memercik

api bergesek dengan kunang-kunang

yang berhamburan

seperti periuk mendidih

angin bergemuruh, mengobarkan api

melahap bebatuan dan kegelapan

yang beranjak pekat. Gerobak itu bergoyang

membenamkan raga, paha dan

nyamuk-nyamuk gemuk tanpa nyawa

sebuah nisan ditancapkan

di atas tanah merah

dan sedikit goyah[78]


HARI KE-29

Al-Ahzab &-Saba

Surat al-Ahzab mengemukakan

sekelompok manusia yang selalu mengolok-olok

kebenaran dengan berbagai cara. Merekalah

orang-orang munafik

Imam Ali mengatakan,

kemunafikan adalah kenistaan yang mudah

dikenali dengan tanda-tanda sbb: penghormatan mereka adalah kutukan, makanan mereka adalah tuduhan dan penghasilan mereka adalah korupsi. Mereka mengenal masjid (agama) sebagai

tempat pelarian, berlaku sombong, berlaga

pahlawan dan seorang maling

teriak maling

kemunafikan adalah awal kehancuran.

Kerajaan Saba’ yang mampu membangun megaproyek

bendungan Ma’arib, mengalami kehancuran karena

mentalitas dan budaya kemunafikan.


Segenggam Debu

sebulir embun

menetesi rerumputan wajahmu

saat berwudhu. wajah yang coreng moreng

dengan make-up dusta dan sandiwara[79]

noktah kebohongan

menghitam di keningmu

karena saat bersujud yang terukir di pikiran hanya bagaimana

cara menjual masjid

air mata bersimbah

bukan seperti Bilal bin Rabaah

yang demi cinta rela berlumur darah

matamu hanya tersilap jerami

mata hatimu jadi mati

kamu perlu segenggam debu

untuk membasuh rasa malu

dan jiwa yang membatu[80]

itu saja!


HARI KE-30

Faathir & Yaasin

Ini malam terakhir Ramadan 1427 H. Saya merasakan kehampaan karena akan ditinggalkan sebuah bulan penuh rahmat, dan ampunan

Ali Zainal Abidin, cucu Rasulullah yang lahir

15 Jumadil Awwal 36 H, adalah satu diantara orang-orang yang merasakan kepedihan yang mendalam karena kepergian Ramadhan. Wajahnya bersimbah air mata, tangannya bergerak lemah mendekap dada dan tersungkur dalam sujud panjang, yang karenanya, ia bergelar As-Sajjad: yang banyak bersujud.

Suara Sang Waktu, nama lain Faathir adalah suara Malaikat, terdengar di relung bathinku

“Hai anak Adam, aku waktu, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku arena aku tidak akan kembali sampai hari kiamat”

Maka, berulang-ulang ku baca Yaasin, karena

ia Qalbu al-Quran, hatinya al-Quran. barangsiapa yang membacanya dengan ikhlas akan Diberi pahala membaca al-quran sepuluh kali. (HR.Tarmizi)


Ramadan

hari-hari tanpamu

duka dan hampa bertanya-tanya

Oh Ramadan

di mana kau menyepi

quran tak bersuara

masjid tak bergema

sajadah, tasbih dan mukena

tergeletak tanpa nyawa

hati berubah

tak ada yang mengasah

kembali berbintik darah

penuh nafsu amarah

hari-hari tanpamu

resah dan gelisah tak mau mengalah

Oh Ramadan

Kenapa kau pergi

Khotimah

Di tengah keprihatinan sebagai anak bangsa, terakhir dengan ‘heboh” polygami seorang Kiai, saya mendapatkan kebahagian saat HARLAH Jamiah Nariyah[81] (kegiatan rutin yang saya lakukan bersama ribuah jamaah dengan berdzikir tiap malam Rabu) ke 11, 5 Desember 2006, di Bakorwil[82] Cirebon, di mana penulis bisa merayakannya dengan anak jalanan[83], Qi Buyut dan Tim MIF. [84]. Kebahagian itu melengkapi berkah Ramadan 1427 yang dilewati dengan penuh kehangatan bersama istri & anak-anak tercinta, para santri “pesantren pasaran” ke-8 ——mereka yang ikut prosesi ritual pasaran dan masuk TV ——, sobat-sobat jurnalis[85], Mas Alwy n Mba Eva, Mas Arif, saudara-saudara warga Tionghoa[86], Forum Sabtuan[87], pengurus BDI Pertamina[88], pengurus PKL[89] , wa bil khusus Kang Darto n Qi Buyut serta sahabat & asistenku Ust. Dadan & Doto. Untuk mereka semua, kumpulan puisi ini ku persembahkan. Jazakumullah Khoiron Katsiro...!





[1] Terjemahan Maghdub dan Dholin. Dua kelompok yang ada diantara jalan yang lurus, shirot al-mustaqim.

[2] . Surat al-Fatihah disebut juga Umm al-Kitab, Ibu atau induknya al-Quran. Mengacu pada ini bersimpuh pada ibu harus direalisasikan dengan penghayatan pada al-Fatihah.

[3] Diambil dari kisah legendaris Ken Arok atau Angrok, cikal bakal raja-raja Majapahit. Dalam Pararaton yang termuat dalam Nagarakrtagama karya Empu Prapanca edisi 1919 terjemahan H. Kern.

[4] . QS.2:45

[5] . Kedua lelaki itu adalah Zakaria dan Imran yang menikahi Isya’ dan Hannah, putri Faqudz.

[6] . QS. 3: 39

[7] . Maryam binti Imran, ibunda Nabi Isa AS

[8] . Dalam QS 2: 184 diterangkan bahwa Ramadan adalah bulan diturunkanya al-Quran. Maka tilawah (membaca) al-Quran menjadi ritual khas Ramadan. Apalagi dalam sebuah hadits Nabi dikatakan bahwa surga merindukan pembaca Quran.

[9] . QS 4 : 1.

[10] .QS 4 : 6

[11] . QS 5 : 103. dalam ayat itu ada penegasan tentang tidak ada syariat Allah tentang Bahiirah, Saaibah, Wasiilah dan Ham, kesemuanya adalah sapi-sapi yang disucikan oleh orang-orang yang bodoh.

[12] . QS 5:112. Hawari adalah pengikut setia Nabi Isa.

[13] . QS 3:48-49

[14] . Sebentuk keingintahuan yang melorot menjadi gossip visual.

[15] . QS 6: 70

[16] . QS 6: 108

[17] . QS 7 : 12. ayat ini menggambarkan bagaimana Iblis telah menunjukan kesombonganya. Ia berdusta.

[18] . QS 7 : 17. Iblis pun sesumbar untuk menyesatkan manusia dengan beribu cara.

[19] . QS 7 : 18. Sebuah kutukan Allah pada Iblis.

[20] .QS 9:22. Santri yang mendengar tapi tidak mendengar

[21] .QS 9:28. Banyak yang terpedaya harta, kekuasaan dan kehormatan keluarga

[22] . .QS 9:35. Lembaga agama hanya riuh dengan siulan dan tepuk tangan, membiarkan masa depan dalam ketidakpastian

[23] . Tarawih adalah bentuk jamak tarwihah, yang mempunyai arti relaksasi. Sebuah sholat yang khas dilakukan pada malam Ramadan. Sering pula disebut qiyam al-lail.

[24] . QS 9: 118. Kaab bin Malik, Hilal bin Umayah dan Mararah bin Rabi’, mereka ditangguhkan taubatnya jkarena tidak ikut perang.

[25]. QS 9: 128

[26] . Puisi ini terinspirasi gaya penulisan Emily Dickinson (1830-1886) penyair individualis yang radikal asal Amhert Massachusett USA. Sebagai penghormatan padanya, anak ke-3 ku diberi nama Emily Ghaitsa. Dan dengan berkahnya Istriku bisa berkunjung ke Amhert Massachusett, April 2006.

[27] . QS 11:60.

[28] . QS 89:6 . Iram adalah ibu kota kaum Aad

[29] . QS 12:8

[30] . QS 12:9

[31] . QS 12:10

[32] . QS. 13:2

[33] . QS 13:11

[34] . QS 13:17

[35] . QS 13:14

[36] . QS 13:28

[37] . Urutan hurup dalam bahasa Arab yang dimulai Alif, Ba dst.

[38] . ini merujuk pada diktator tua Namruz.

[39] . QS. 14: 24. Ayat ini memberi perumpamaan kalimat thoyyibah

seperti sebuah pohon yang akarnya menancap di bumi.

[40] . Pusat penyembahan berhala

[41] . QS. 15:72

[42] . QS 15: 56. Tidaklah orang yang berputus asa kecuali orang yang sesat.

[43] . Ratib berasal dari rataba yartubu ratban artinya kokoh atau tetap. Secara istilah Ratib

berarti tartib al-harsi li al-himayah, penjagaan yang teratur untuk seseorang.

[44] . Pedang Imam Aly yang bercabang dua.

[45] . QS. 16:68. Allah memberi ilham bagi lebah agar membuat sarang di gunung, pohon dan tempat yang dibuat manusia.

[46] . Binatang sejenis kuda dan bersayap. Tunggangan Nabi saat isra mi’raj.

[47] . QS 17:1

[48] . itulah miraj Nabi. Bagi kita, cukuplah sholat sebagai mi’raj al-mu’minin. Tambahkan tahajjud agar diberi kedudukan yang terhormat.

[49] . QS al-Isra ayat 82. Al-Quran memang obat dan rahmat

[50] . QS 19:17-22

[51] . QS Ali Imran:47

[52] . QS Ali Imran:49

[53] . QS. 19:25

[54] . Qs. Al-Araf:157

[55] . Ilmuwan besar ini lahir Maret 1879 di Ulm Wuttenberg (Jerman), wafat 18 April 1955.

[56] . Semacam wasiat kematian

[57] .QS 21: 35. Setiap jiwa akan mengalami kematian….kepadaNya kita kembali.

[58] . Ghazali datang saat agitasi dan kekacauan melanda. Maka teorinya tersebut merupakan

respon terhadap keadaan yan g terjadi. (Mc.Donald, Development of Moslem Theology, Jurisprudence and Constitutional Theory)

[59] .QS 24:39

[60] . Imam Ali dalam nahju al-balaghoh.

[61] . QS 24:40

[62] . QS 24:43

[63] . QS .25:63. Para kekasih Allah (waliyullah) selalu berjalan dengan rendah hati serta mencari makanan yang halalan tyoyyiba

[64] .QS 25:7-8. Perjuangan mereka hanya mendapat caci-maki dan penghinaan.

[65] .QS 25: 57. Karena keikhlasanya mereka tidak minta upah apalagi penghargaan.

[66] . Agama yang dimaksud adalah maqosid asy-syariah, tujuan syariah yaitu keadilan, kesetaraan, kebebasaan bereskpresi, kerahmatan semesta dan kearifan lokal.

[67] .QS. 26:10-68. Lorong sejarah yang terbaca di surat ini mengisahkan Nabi Musa dan Fir;aun.

[68] . Mereka itu adalah para Nabi yang berhadapan dengan kaumnya.

[69] .QS 27:20

[70] Ratu Balqis yang memerintah kerajaan Sya’biyyah

[71] .QS 27:29-30

[72] .QS 27:34

[73] . QS 29:28

[74] . Siti Hawa, istri Nabi Adam

[75] . Istri Nabi Nuh (QS Al-Tahrim:10)

[76] .Istri Nabi Luth sendiri

[77] .QS 30: 9

[78] .QS. 30:10

[79] .QS 33:12

[80] .QS Al-Baqorh:74

[81] . Pak Siddik, Sarimah, Pak Agung dan para koordinator

[82] . Tanks buat KaBakorwil ir. TB. Hisni, H. Cecep dll

[83] . Kang Iwan dkk, Mr Obeng dll

[84] . Hj Tuti Ano, Bang Kana, Bang Golan

[85] . Aras(Radar), Lisdha (Kompas), Kang Ahda Imran (PR), Kang Nana(Galura), Soni (Tribun Jabar), Mba Nunung (Media Ind), Agus (Trans), Yudi (Indosiar), Miftah (Global), Mas Ridhwan & Mas Setya (SCTV), Budi (RCTI), Liberti dll.

[86] . Terutama Om Bungki (RM Swiekie Candra), Ujang Bandi, dsb.

[87] . Pak Adang, Pa Surya, Pdt Yohanes, Pdt Soegeng, Pdt Supriyono, KH Husein, Mbak Fatimah dll

[88] .H Iman Budiono, H Ginting(Bongas), H Mahfudz, H Nurdin, H. Raisyan, H Zarkasih (Balongan), H Tugiyo, Dr.Bramantio, H.Irwan (Klayan) dll.

[89] .Mas Obeng & Bang Yunus.

Tidak ada komentar: